Trik Kementan Agar Harga Cabai Tak Meroket Saat Puasa

Harga cabai kerap bergejolak ketika mendekati puasa dan lebaran.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Jun 2015, 20:08 WIB
Pedagang merapihkan cabai di Pasar Induk Senen, Jakarta, Kamis (11/6/2015). Mendag, Rachmat Gobel memastikan akan membuka keran impor untuk cabe merah dan bawang merah. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jelang ramadan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai kerap bergejolak ketika mendekati puasa dan lebaran. Komoditas ini dianggap sebagai salah satu penyumbang inflasi terbesar.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Spudnik Sujono menuturkan, salah satu penyebabnya adalah panjangnya rantai distribusi. Dia mencontohkan, jika harga di tingkat petani Banyuwangi Rp 12 ribu per kilogram (kg) di Bali bisa mencapai Rp 40 ribu per kg.

"Kalau saya rantai pasokan. Saya pengumpul setor lagi ke dia, ke pos, masing-masing punya fee margin," kata dia di Jakarta, Kamis (11/6/2015).

Dalam 100 hari masa awal kerjanya, dia mengatakan sedang memetakan permasalahan harga cabai. Menurutnya, salah satu hal ialah memperbaiki rantai distribusi.

"Tentu jangan saya yang mengatur, Kementerian Perdagangan bagaimana mengatur tata niaga tak terlalu panjang," ujarnya.

Pihaknya menuturkan, untuk menekan harga juga akan meningkatkan produktivitas cabai. Caranya, dengan memperluas area tanam.

"Itu pengaruh juga iklim, kalau nanam luasan kurang. Saya mencoba mendalami dulu," tambahnya.

Selain itu, dia menuturkan akan meningkatkan sosialisasi pemanfaatan pekarangan di rumah. Itu untuk memenuhi kebutuhan cabai.

"Saya pikir, cabai itu kebutuhan mendasar sebetulnya diperkotaan cabai nggak terlalu prinsip karena di meja ada cabai botol, yang tentu daerah tertentu cabai segar diperlukan daerah cabai segar dibutuhkan. Saya berpikir harus disosialisasikan pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan cabai," tandas dia.

 
 
 (Amd/Ndw)
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya