Liputan6.com, Jakarta - Pelatih kiper tim nasional Indonesia U-16 dan U-19, Kurnia Sandy, harus memikirkan ulang, apa yang bakal dilakukannya setelah timnas junior tersebut dibubarkan, pada Jumat (12/6). Padahal, dirinya baru saja menyelesaikan kursus kepelatihan berlisensi B AFC, beberapa hari sebelum Indonesia dijatuhi sanksi FIFA.
"Untung kursus terakhir. Jadi tanggal 24 selesai, tanggal 30 Mei jatuh sanksi. Harusnya masih berlaku, tapi untuk sementara tidak dapat dipakai," kata Kurnia pada wartawan di kantor PSSI, Jumat (12/6) sore. Beruntung bagi mantan penjaga gawang Arema Indonesia itu, karena sertifikasi kiper berlisensi C AFC yang menjadi korban, harus dibatalkan.
Advertisement
"Kita istirahat dulu, sambil memantau bagaimana situasi ke depan karena masih belum jelas. Mau melatih di tim mana? Semuanya tidak boleh," tutur pemain yang pernah merumput bersama klub Serie A, Sampdoria tersebut.
Pada musim 1996–1997, Kurnia sukses menembus tim utama Sampdoria menjadi penjaga gawang keempat. Dia juga sempat merasakan tangan dingin pelatih asal Swedia, Sven-Goran Eriksson, hingga akhirnya pulang ke tanah air bersama Pelita Jaya. Kini, Kurnia harus gigit jari lantaran profesinya sebagai pelatih kiper untuk usia muda telah berakhir.
"Belum ada tawaran di SSB, tapi di Surabaya bakal jadi pelatih tamu. Sambil bantu-bantu istri menjalankan usaha, sekarang ikut jadi wiraswasta," pungkasnya. (Ris/Wnd)