Ribuan Pendekar Pencak Silat Beraksi di Bundaran HI

Sekitar 1800-an pendekar silat dari 115 padepokan atau perguruan silat tradisional Betawi dari berbagai aliran berkumpul.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 14 Jun 2015, 17:00 WIB
Sekitar 1800-an pendekar silat dari 115 padepokan atau perguruan silat tradisional Betawi dari berbagai aliran berkumpul.

Liputan6.com, Jakarta Car Free Day Jakarta pada Minggu (14/6/2015) diramaikan kehadiran ribuan pendekar silat. Bukan untuk bertarung, melainkan bersilaturahmi antar perguruan. Sekitar 1800-an pendekar silat dari 115 padepokan atau perguruan silat tradisional Betawi dari berbagai aliran berkumpul di sekitaran Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Sebelum sampai ke titik kumpul yang ada di kawasan Jalan Imam Bonjol, ribuan pendekar silat berusia anak, remaja, hingga tua melakukan kirab dari Jalan Teluk Betung. Mereka tampak antusias berjalan sambil membawa papan bertuliskan nama perguruan atau pedepokan mereka.

Sesudah itu, tiap-tiap perguruan mempertunjukkan ciri gerakan silatnya masing-masing. Serunya lagi, ada satu waktu ribuan pendekar ini beraksi bersama-sama.

Pencak silat


Menurut Ketua Panitia sekaligus Ketua Redaksi Betawi (Rumah Edukasi Aktivis Seni Betawi), Untung P. Napis acara ini dilakukan sebagai salah satu bentuk perayaan HUT Jakarta yang jatuh pada 22 Juni mendatang.

"Selain itu ini juga jadi ajang silaturahmi padepokan atau sanggar seni Pencak Silat Betawi," ungkap Napis.

Misi lain yang ingin dihadirkan yakni mengenalkan Pangsi, yakni busana yang biasanya dipakai pendekar silat.

"Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi ke masyarakat umum mengenai pencak silat dan busana Pangsi sebagai bagian dari tradisi dan budaya Betawi," ungkap Napis.

Dalam kesempatan ini hadir juga para sesepuh pencak silat, salah satunya mantan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Eddie Nalapraya. Di hadapan ribuan pendekar, ia mengobarkan kembali rasa cinta terhadap bela diri asli Indonesia ini.

"Pencak silat adalah budaya bangsa yang harus kita junjung setinggi-tingginya. Boleh kita mengenal bela diri negara lain, tapi kita kenal dulu bela diri dari negara kita," ungkap Nalapraya.

 
 
 
 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya