Liputan6.com, London - Kabar tentang pertempuran antara pasukan Irak dan ISIS di Shichwa menghujani media sosial. Setelahnya, kabar sejenis muncul di internet.
"Perayaan besar di Karbala, setelah pembebasan Shichwa," tulis seseorang di Twitter. Lainnya mengklaim bahwa, "10.000 pengungsi melarikan diri dari Shichwa ke Karbala."
Rumor pun kemudian menyebar tentang negara-negara tetangga yang bakal terseret ke pertempuran. "Bencana akan terjadi, tentara Arab Saudi harus secepatnya memobilisasi diri ke perbatasan dengan Irak," tulis seseorang.
Padahal, pertempuran Shichwa tak pernah terjadi. Dan faktanya, Shichwa bukan tempat yang nyata.
Kisah fiksi berawal dari Ahmad al-Mahmoud, pria asal Irak yang tinggal di London. Ia menjalankan akun Twitter @IraqSurveys -- yang biasanya memuat berita serius tentang apa yang sedang terjadi di Irak. Akun itu memiliki 14.000 pengikut.
Namun, suatu hari, al-Mahmoud bosan bukan kepalang. Sudah 48 jam ia menanti kabar dari kampung halamannya, namun tak ada kabar apapun.
Maka ia dan sejumlah teman memutuskan untuk menciptakan sejumlah berita palsu -- untuk memancing reaksi sejumlah pihak dalam konflik di media sosial.
Jadi, mereka membuat laporan palsu di Twitter. Bahwa ISIS telah menarik diri dari Shichwa. Untuk meyakinkan pengikutnya, ia bahkan menyertakan foto hasil editan Photoshop untuk mengilustrasikan pertempuran tersebut. Yang mirip-mirip desain televisi internasional.
Dan tanpa sadar, ia telah menciptakan sebuah tren. "Orang-orang mulai menambah-nambahi berita itu, membuat semacam peta mirip Sim City," kata dia kepada BBC Trending, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Senin (15/6/2015).
Advertisement
Sesaat setelah kabar itu menyebar di luar Irak. Para pendukung Popular Mobilisation Units -- milisi anti-ISIS Syiah yang berjuang bersama pemerintah Irak mulai membuat kabar tentang kemenangan tersebut.
Tak ketinggalan, pendukung ISIS mulai merencanakan balas dendam. "Ada banyak pendukung ISIS dari banyak negara dan mereka mengira itu adalah pertempuran sesungguhnya," kata dia seperti dikutip dari Independent. Sementara warga Arab Saudi didera rasa takut terhadap teror.
BBC Trending yang mewawancarinya, menyinggung bahwa apa yang dilakukan Mahmoud berpotensi bahaya, berpotensi memicu dan mengeksploitasi rasa takut masyarakat.
Mahmoud bersikeras bahwa ia tidak bertanggung jawab memicu pertempuran. Apalagi, kata dia, Shichwa hanya sekadar lelucon.
Dalam bahasa Arab yang dipakai Irak, itu berarti "cheese bladder" -- metode tradisional untuk mengolah produk susu.
Mahmoud mengatakan orang Irak seharusnya sadar soal itu. "Itu bukan sesuatu yang serius. Orang-orang Irak seharusnya tahu apa artinya," kata dia.
Mahmoud juga mengaku tak memihak salah satu pihak. Ia tak mendukung ISIS, tidak pro-milisi Syiah, dan bersikap sangat kritis terhadap pemerintah Irak.
Menyadari leluconnya makin kebablasan dan berdampak serius, Ahmad al-Mahmoud menghentikan keisengannya itu setelah 2 hari. Ia membuat pengakuan di Twitter, bahwa Pertempuran Shichwa adalah kabar bohong belaka alias hoax. (Ein/Mut)