Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia diprediksi kembali defisit karena program percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah. Dengan implementasi tersebut, maka impor barang modal bakal naik tajam.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengakui surplus neraca perdagangan yang telah diraih selama lima bulan berturut-turut ini tidak akan bertahan lama. Lantaran impor akan membanjiri Indonesia.
Advertisement
"Sebenarnya (surplus) ini bukan yang kita inginkan karena ada penurunan ekspor dan impor. Merosotnya kinerja impor lebih besar dari ekspor sehingga terjadi surplus. Tapi surplus akan segera hilang," ujar dia usai Konferensi Pers BLU Sawit di kantornya, Jakarta, Senin (15/6/2015).
Sofyan menuturkan, anggaran pemerintah sudah mulai cair, sehingga ada kebutuhan impor barang-barang modal untuk investasi.
"Begitu investasi terealisasi, segera banyak impor barang modal. Jadi surplus akan hilang, lalu defisit. Impor barang modal butuh waktu sampai akhirnya kita bisa ekspor lagi," terangnya.
Namun demikian, Sofyan menjelaskan, pemerintah akan meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri atau lokal konten dalam pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt (Mw), jalan, industri migas, dan sebagainya.
"Tapi kalau pembangunan investasi dipercepat, kita tetap memerlukan impor selain meningkatkan penggunaan lokal konten," tutur dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 mengalami surplus US$ 950 juta. Ini dipicu surplus sektor non migas sebesar US$ 1,66 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 710 juta. (Fik/Ahm)