Perburuan Manusia, Populasi Burung Hantu Terancam Punah

Populasi burung hantu dapat meminimalisasi serangan hama tikus hingga mencapai 60-70 persen.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jun 2015, 07:55 WIB
Ilustrasi burung hantu. (BBC)

Liputan6.com, Lebak - Warga Kabupaten Lebak, Banten diminta tidak melakukan perburuan burung hantu. Saat ini populasi burung hantu di sejumlah daerah di Kabupaten Lebak terancam punah setelah 5 tahun terakhir tidak ditemukan lagi di pohon-pohon besar.

"Kami berharap warga tidak melakukan perburuan burung hantu," kata Kepala Bidang Kehutanan Dinas kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebak Imam R di Lebak, Senin 15 Juni 2015.

Imam menyebutkan, biasanya suara burung hantu terdengar merdu di malam hari. Namun, kini populasinya terancam punah sehingga serangan hama tikus pada sawah milik petani mengkhawatirkan.

"Kami menduga menghilangnya burung hantu itu akibat perburuan juga kerusakan hutan yang menjadi habitatnya," kata dia.

Dia mengatakan, populasi burung hantu dapat meminimalisasi serangan hama tikus hingga mencapai 60-70 persen. Namun, saat ini, burung hantu yang tinggal di pohon-pohon besar, seperti pemakaman warga maupun hutan desa sudah tidak ditemukan.

Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas yaitu karnivora, pemakan daging, serta merupakan hewan malam atau nokturnal.

"Kami minta warga tidak melakukan perburuan juga merusak hutan," kata dia.

Ia menyebutkan, terancamnya burung hantu itu membuat petani merugi karena tanaman padi sering diserang hama tikus.

Samian, warga Cibungur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku tanaman padi miliknya seluas 2 hektare tahun 2014 gagal panen akibat serangan hama tikus itu. Pengalaman tahun 1990-an serangan hama tikus terhadap tanaman padi tidak begitu parah karena masih banyak ditemukan burung hantu.

Akan tetapi, ujar dia, saat ini serangan hama tikus meluas sehingga merugikan pendapatan petani "Kami pada 1980-1990-an masih mengamati banyak burung hantu di pohon-pohon besar, namun kali ini hampir punah," kata Samian.

Kusna (50) warga Kongsen Rangkasbitung, Kabupaten Lebak menyatakan, sekitar 1970-an di Kota Rangkasbitung hampir setiap malam suara burung hantu saling bersahutan mulai pukul 21.00 sampai 04.00 WIB.

"Jika burung itu bersuara maka suasana kampung menjadi sepi dan warga merasa ketakutan terhadap pertanda akan terjadinya bencana sebab hingga kini mitos burung hantu itu sebagai pertanda akan terkena petaka dan musibah," kata Kusna. (Ant/Mvi/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya