Liputan6.com, Jakarta - Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 mengalami surplus US$ 950 juta, namun sentimen tersebut ternyata tak mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda masih menetap di level 13.333 per dolar AS.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Selasa (16/6/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah bergerak stagnan. Nilai tukar rupiah tercatat masih bertengger di level 13.333 per dolar AS.
Sementara itu, data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,14 persen ke level 13.344 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:33 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level 13.343 tak lama setelah sesi pembukaan.
Rupiah juga dibuka melemah tipis dari penutupan sebelumnya di level 13.329 per dolar AS. Di awal sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.344 per dolar AS.
Neraca perdagangan pada Mei 2015 mengalami surplus dipicu sektor non migas yang tercatat surplus US$ 1,66 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 710 juta. Kondisi ini seharusnya menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.
"Surplus neraca perdagangan Mei yang melebar menaikkan optimisme terhadap kondisi likuiditas dolar AS di dalam negeri. Namun surplus yang lebih disebabkan anjloknya impor dibandingkan perbaikan ekspor membangkitkan sentimen negatif terhadap perlambatan ekonomi," terang Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menambahkan, sentimen negatif perlambatan ekonomi tersebut semakin menekan rupiah karena banyak pelaku pasar melihat bahwa nilai tukar rupiah tidak akan terlalu kompetitif. Oleh sebab itu, banyak pelaku pasar menyimpan dana dalam bentuk mata uang yang lebih stabil.
Selain itu, pelemahan rupiah saat ini juga disebabkan karena pelaku pasar melihat kebijakan pemerintah belum bisa mendorong atau menjadi acuan bagi pebisnis. Banyak pelaku usaha yang lebih memilih untuk menyimpan dananya tidak di Indonesia. "Kalau seperti itu maka sulit Indonesia mengharapkan devisa hasil ekspor masuk," tuturnya.
Rangga melanjutkan, ke depannya aksi antisipasi para investor menghadapi pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan mengkaji kebijakan kenaikan suku bunga juga dapat menahan penguatan nilai tukar rupiah. "Rupiah berpeluang tetap stabil pada perdagangan hari ini," tandasnya. (Sis/Gdn)
Rupiah Bergerak Stabil di 13.333 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah tercatat masih bertengger di level 13.333 per dolar AS, angka yang sama dengan perdagangan sebelumnya.
diperbarui 16 Jun 2015, 11:59 WIBRupiah (Antara Foto)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 Liga InternasionalLiverpool Bayar Mahal Kemenangan atas Real Madrid di Liga Champions
9 10
Berita Terbaru
Jadwal Sepak Bola Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Punya Target Bawa Piala Kemenangan
Cara Mengecilkan Payudara: Metode Alami dan Efektif
VIDEO: Presiden Filipina: Pemakzulan Terhadap Wapres akan Buang-Buang Waktu
Menko Zulkifli Hasan Ingin Bulog Jadi Lembaga Lebih Kuat, Ini Alasannya
7 Pilihan Menu Diet untuk Penderita Asam Lambung yang Mudah dan Tidak Bikin Bosan
VIDEO: Banjir Luapan Sungai Citarum Kembali Rendam Ribuan Rumah
Pengamat Kritisi Pramono-Rano Sudah Klaim Kemenangan: Hormati Marwah KPU
Cara Masak Sarden Kalengan: Panduan Lengkap Memasak Hidangan Lezat
DPUPR Kota Cilegon Siap Maksimalkan Infrastruktur untuk Percepatan Penurunan Stunting
Mitsubishi Targetkan Bisa Jual 1.500 Unit di GJAW 2024, Ini Strateginya
Cara Mengatasi Tenggorokan Sakit, Panduan Lengkap dan Efektif
Gelar Rapimnas 2024, Kadin Arsjad Rasjid Bahas Masalah Ini