Jurus Kementan Kendalikan Harga Bawang

Kementerian Pertanian bersama Perum Bulog akan menyisir 12 titik pasar ritel untuk menstabilkan harga pangan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Jun 2015, 11:44 WIB
Seorang pedagang menunjukkan bawang merah di Pasar Induk sayur dan buah, Kramat Jati, Jakarta, Jumat, (13/3/2015). Harga bawang merah di sejumlah pasar menembus Rp 30 ribu per kg atau mengalami kenaikan sekitar Rp 2000-5000/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan menyisir 12 titik pasar ritel. Hal itu dilakukan untuk mengontrol tingginya harga bawang di pasaran. Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono mengatakan, operasi ini menggandeng Perum Bulog untuk stabilisasi harga pangan tersebut.

"Saya baru rapat kemarin dengan Bulog, setiap hari kita lakukan operasi pasar. Untuk tahap pertama ada di 12 pasar ritel. Lokasi-lokasi yang sudah kita investaris yang kira-kira  harga bawang agak mahal kita masuk ke sana. Insyaallah sampai dengan Lebaran kita operasi," kata dia di Jakarta, Selasa (16/6/2015).

Pihaknya menyebut, beberapa pasar untuk operasi pasar antara lain Pasar Kramat Jati, Jatinegara, Rawasari, Klender. Kemudian Pasar Kebayoran Lama, Palmerah, Cikini, Kampung Bahari, Kalibaru,  Grogol dan Depok.

"Ini nanti kita lihat 10 hari. Kalau harga bagus, turun, artinya ibu rumah tangga sudah  banyak yang merasa memenuhi stok, kita geser ke pasar lain," ujar Spudnik.

Dia bilang, operasi ini mulai aktif terhitung hari ini. Langkah tersebut untuk mengendalikan terbentuknya harga di pasaran. "Kalau sudah begitu diatur supply and demand . Permintaan juga terkendali, karena mereka beli dengan fasilitas Bulog tadi," tutur Spudnik.

Pasokan Aman

Spudnik mengatakan, selama puasa Ramadhan yakni Juni-Juli diperkirakan jumlah konsumsi 98 ribu ton. Namun, pihaknya mengaku tenang karena jumlah produksi diperkirakan lebih. "90 ribuan. 98 ribu ton  saya prediksi bulan Ramadan tinggi tapi di bawah produksi kita," ujarnya.

Dia berkata, hal itu ditunjang oleh beberapa wilayah yang memungkinkan untuk terjadi panen. "Di semua lokasi, semua posisi panen misal kami invetaris Jawa Barat, Sukabumi, Cianjur, Sumedang, Ciamis, Garut Tasikmalaya. Jawa Tengah itu Sragen, Grobogan, Pati, Pekalongan artinya mulai panen dan puncaknya Juli," tutur Spudnik.

Dia menuturkan, dengan produksi tersebut menjadi pertimbangan apakah pemerintah akan melakukan impor ke depannya. "Saya pikir kita sikapi terus kecuali Kementerian Pertanian nyatakan produksi kurang, ada tren kecenderuan harga naik, bisa jadi. Ada batas ambang Kementerian Perdagangan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Rp 25.700. Tapi harga standar lama 2013. Biasanya pakai rambu itu," tandas dia. (Amd/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya