Citizen6, Cina Ada saja kendala dan musibah saat orang-orang berhati mulia ingin membantu sesamanya. Seperti yang dirasakan seorang perempuan asal Wu'an, Hebei, Cina ini.
Li Li Juan, perempuan berusia 46 tahun ini dulunya seorang jutawan di Hebei. Pada 1980-an ia meraih kesuksesan berkat bisnis garmennya. Dilansir shanghaiist.com pada Selasa (16/6/2015), saat masa kejayaannya itu ia memutuskan untuk mengadobsi anak-anak terlantar yang menderita kanker.
Advertisement
Selama 19 tahun terakhir Li telah mengadobsi 75 anak-anak terlantar yang ditinggalkan keluarga karena sakit dan cacat, adapula yang kehilangan orangtuanya karena bencana tambang atau tragedi lainnya.
Awalnya ia selalu menggunakan keuntungannya dari investisai di bidang pertambangan bijih besi serta tabungannya dari bisnis garmen untuk membesarkan dan membiayai keperluan anak-anak yang diadobsi. Namun, pada 2008 silam, usaha tambangnya ditutup karena perkembangan perkotaan sehingga memotong sumber pendapatan Li. Maka dari itu Li menjual properti dan barang-barang berharga untuk membiayai anak-anak.
Di tahun 2011, Li pun terkena musibah dengan didiagnosis menderita limfoma atau kanker getah bening stadium awal. Dia pun menghabiskan tujuh hari di rumah sakit, tapi karena biayanya terlalu besar ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Li menuturkan uang-uang yang dimilikinya lebih baik untuk anak-anak daripada membiayai pengobatannya di rumah sakit.
Mengingat meningkatnya jumlah anak-anak yang diadobsi di rumahnya, maka biaya bulanan pun melampaui pendapatan Li. Padahal Li sudah banyak mendapatkan bantuan dari teman-teman dan sumbangan badan amal, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk membiayai anak-anak asuhnya. Bahkan Li kini terlilit hutang sebesar 2 juta Yuan atau setara dengan Rp 4,3 miliar.
Walaupun Li memiliki 75 anak asuh, sebenarnya ia juga memiliki seorang putra bernama Xiao Wen, Sayangnya selama 10 tahun terakhir hubungan keduanya tidak berjalan dengan baik. Semua berawal pada 2004 silam ketika Wen mengalami cedera tulang belakang yang serius sehingga harus menjalani operasi. Namun, sang ibu lebih memilih menemani salah satu anak angkat yang menderita hydrosephalus untuk menjalani operasi kedua di Shanghai.
Setelah Wen keluar dari rumah sakit, ia pun sangat tertekan dan menolak untuk menemui ibunya. Selama ini Wen pun memilih untuk tinggal bersama sang nenek karena ibunya lebih peduli terhadap anak-anak asuhnya.
Walaupun dalam keadaan yang sulit Li tetap mempertahankan 75 anak asuhnya. Bahkan ia menolah jika Ada yang ingin mengadobsi anak-anaknya. (ul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini