Liputan6.com, Jakarta - Eksistensi Twitter sebagai salah satu jejaring sosial terpopuler di dunia mulai meluntur. Ya, buktinya pertumbuhan pengguna baru Twitter sudah mulai melambat, mereka kini dikabarkan stuck di angka 302 juta pengguna aktif.
Ternyata tak hanya pertumbuhan pengguna saja yang mulai melambat di Twitter, melainkan para pengguna pun ditengarai sudah mulai malas nge-tweet.
Menurut yang dilansir laman Business Insider, Rabu (17/6/2015), bukti menurunnya antusias pengguna untuk terlibat aktif di Twitter terlihat cukup jelas.
Pada pertengahan tahun 2012, Twitter mencatat 400 juta tweet per harinya. Lalu di akhir 2013, dengan jumlah pengguna aktif sekitar 215 juta, terdapat 500 juta tweet per hari. Dan kini, jumlah kicauan pengguna Twitter tercatat sebanyak 600 juta per harinya.
Meningkat memang, namun coba dilihat lebih cermat. Di tahun 2013 tercatat 500 juta tweet dengan 215 juta pengguna aktif. Coba bandingkan dengan sekarang, 302 juta pengguna aktif (yang artinya bertumbuh hingga 40%), namun jumlah tweet yang tercipta kurang dari 600 juta.
Ini artinya, para pengguna Twitter sudah mulai kurang antusias untuk berkicau di jejaring sosial berlogo burung biru tersebut. Banyak pengguna baru yang tampaknya lebih nyaman hanya membaca tweet orang lain dibanding terlibat aktif mem-posting tweet.
Masalah lainnya, Twitter juga masih dijauhi oleh para pengiklan. Aksi bullying dan maraknya peredaran konten pornografi di Twitter diyakini mejadi biang keladinya.
Mantan CEO Twitter yang belum lama ini mengundurkan diri, Dick Costolo, sempat mengatakan dengan tegas bahwa, "Ini (bullying dan pornografi) merupakan hambatan utama pertumbuhan bisnis perusahaan."
Para investor dan vendor faktanya memang ogah memasang iklan di Twitter karena menilai jejaring sosial itu dipenuhi konten negatif. Mereka tidak mau brand atau produk yang mereka promosikan ikut-ikutan dicap negatif.
(dhi/dew)
Ini Bukti Pengguna Twitter Sudah Mulai Malas Nge-tweet
Dengan 302 juta pengguna aktif, jumlah tweet yang tercipta kurang dari 600 juta.
diperbarui 17 Jun 2015, 07:12 WIBDi sejumlah negara Twitter dinilai terlalu berbahaya dan harus menghadapi belenggu pemblokiran.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Arti Koreografer: Pengertian, Tugas, dan Peran Pentingnya dalam Seni Tari
VIDEO: Polisi Gerebek Kampung Narkoba di Surabaya, 25 Pelaku Diamankan!
Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Anumerta ke Almarhum AKPB Ulil Ryanto
Di Hadapan Puluhan Ribu Pendukung, Imam Yakin Menangkan Pilkada Depok 80 Persen
Cara Menyetel Karburator Agar Irit Bensin, Pahami Mitos dan Faktanya
VIDEO: Siswa Kelas 3 SD Kritis Usai Dianiaya Kakak Kelas, Apa Penyebabnya?
Menelisik Prospek Sektor Saham Perbankan saat Pasar Bergejolak
Pengamat Sebut Pramono Bisa Menang 1 Putaran di Pilkada Jakarta Jika Anak Abah dan Ahoker Bersatu
7 Potret Limbad dan Anak Kompak Nonton Konser JKT48, Girang Jadi Wota
Mengenal Pengertian hingga Perbedaan UMP, UMR dan UMK
Kerahkan Alat Berat, Tim Penyelamat Berjibaku Cari Korban Serangan Israel di Permukiman Warga Beirut
Lirik Lagu Perihal Kepekaan dari The Rain, Sentilan untuk Diri yang Kurang Peka