Kenapa Film Hollywood Lebih Sering Rilis Lebih Dulu di Indonesia?

Jawabannya kami dapat berdasar hasil obrolan dengan berbagai pihak yang familiar dengan peredaran film di bioskop.

oleh Ade Irwansyah diperbarui 16 Jun 2015, 21:00 WIB
Percakapan panjang Minions hadir di video khusus untuk film solo terbaru yang rilis 2015.

Liputan6.com, Jakarta Kita yang tinggal di Indonesia beruntung. Mulai Rabu (17/6/2015) ini kita bisa menyaksikan polah kocak makhluk cebol berwarna kuning Minions di bioskop. Padahal, di negeri asalnya, Amerika Serikat, Minions baru rilis 10 Juli nanti.

Ini bukan kali pertama film Hollywood tayang duluan di bioskop sini ketimbang di AS. Fast and Furious 7 tayang lebih dulu beberapa hari sebelum di AS bulan April lalu. Begitu pula dengan Avengers: Age of Ultron yang tayang di Tanah Air pada 22 April, lebih dulu sepekan dari di AS yang rilis 1 Mei.

Dari sini sering timbul pertanyaan, kenapa film besar Hollywood yang berpotensi meraih box office besar justru lebih dulu tayang di Indonesia?

Akhirnya, Avengers: Age of Ultron tiba di seluruh bioskop Indonesia sejak 22 April 2015. Bagaimana filmnya?

Hm, tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Sebab, pihak distributor film Hollywood di sini biasanya tertutup dan ogah dikutip namanya bila menyangkut persoalan ini.

Namun saya berusaha menjawabnya berdasar hasil obrolan dengan berbagai pihak yang familiar dengan peredaran film di bioskop. Kebanyakan dari mereka menolak disebutkan nama maupun institusinya. Jadi, tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab saya sebagai penulis. Bukan mereka.

Yang harus dipahami terlebih dahulu adalah wajah industri perfilman Hollywood sudah banyak berubah dibanding dua puluh tahun lalu. Laman Variety pernah mencatat, saat ini 70 persen penghasilan Hollywood berasal dari luar Amerika. Dua puluh tahun lalu penghasilan dari pasar internasional tak sampai setengah.

Ini artinya, Hollywood saat ini lebih bergantung pada penghasilan box office dari luar Amerika. Gagal di pasar domestik, mereka masih bisa berharap dari luar Amerika untuk menutupi bujet produksi.

Nah, lantaran kini luar Amerika dianggap sebagai pasar utama, mereka tak main-main mengatur strategi merilis film. Kondisi masing-masing negara menjadi pertimbangan utama.

Adegan film Jurassic World.


Tiga Alasan Sebenarnya

Adegan Fast and Furious 7.(dok. Universal)

Indonesia, misalnya. Di negeri kita, film Hollywood masih menjadi jualan utama bioskop. Anda mungkin masih ingat,pada 2011 kita sempat enam bulan puasa film-film Hollywood milik studio yang tergabung dalam MPA (Motion Picture Association) yakni 20th Century Fox, Paramount Pictures, Universal Pictures, Walt Disney Pictures, dan Warner Bros. Pictures.

Waktu itu kasusnya terkait tunggakan pajak film impor. Dampaknya, bioskop sepi lantaran hanya diisi film-film dari studio independen dan film nasional.

Setelah keran impor film dari studio besar Hollywood dibuka kembali, bioskop kembali bergairah. Dari sini bisa kelihatan, antara bioskop alias eksibitor dan distributor film Hollywood terkait hubungan saling membutuhkan atawa simbiosis mutualisme.

Salah strategi merilis film akibatnya bisa fatal. Film bisa tak laku. Ada beberapa pertimbangan merilis film di bioskop dari distributor film Hollywood.

Pertama, kondisi Indonesia yang masih rentan pembajakan film. Tidak ada yang bisa membantah, pembajakan film di Indonesia masih sulit dibasmi. Film yang edar di bioskop luar negeri, bisa dalam hitungan hari tersedia copy bajakannya di lapak penjual DVD. Kecanggihan teknologi kini malah memungkinkan nonton film secara ilegal di situs streaming film, tak perlu beli DVD bajakan atau mengunduh. Sekali sebuah film muncul di dunia maya atau DVD bajakan, peluang pasarnya di bioskop langsung tergerus. Contoh kasus untuk hal ini terjadi pada film Stand By Me Doraemon. Angka penjualan tiketnya berhenti di kisaran sejuta lebih penonton saat bajakannya rilis.

Doraemon Stand By Me. Foto: Youtube

Kondisi ini berbeda dengan Jepang. Negeri sakura biasanya kerap dapat giliran terakhir film Hollywood edar. Avengers: Age of Ultron baru rilis 4 Juli di Jepang; Minions edar 31 Juli; sedang Jurassic World baru rilis 7 Agustus di negerinya Nobita itu. Di Jepang, pembajakan film tak membudaya. Selain itu, film Hollywood juga harus di-dubbing ke bahasa sana hingga butuh waktu tambahan pengerjaan.

Kedua, persaingan dengan film dari studio lain. Ini isu yang juga penting. Pihak distributor tak ingin saling bersaing berhadap-hadapan di ceruk pasar yang sempit. Dua film besar Hollywood yang edar berdekatan akan saling memangsa dan akibatnya target box office malah tak dapat diraih. Agar tak terjadi, mereka bisa memajukan (atau memundurkan) jadwal rilis.

Ketiga, dating strategy. Pemilihan hari terkait dengan momen di negara masing-masing. Film keluarga macam Minions atau berkategori remaja Jurassic World sangat tepat dirilis di awal liburan sekolah di Indonesia. Saat liburan sekolah, film-film jenis itu bisa diserbu karena cocok dengan penonton yang disasar, mereka yang baru libur sekolah.

Tiga alasan itu yang biasanya dipertimbangkan pihak distributor saat hendak merilis film Hollywood lebih dulu dari di AS. Sebagai penonton, kita tentu senang-senang saja. Buat kita yang penting bisa nonton lebih dulu. (Ade/Rom)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya