2 Masalah Jakarta Ini Bikin Warga Belum Puas Kinerja Ahok

Menurut Hamdi, masalah kemacetan dan bajir tidak‎ akan selesai 5 sampai 10 tahun.

oleh Oscar Ferri diperbarui 16 Jun 2015, 20:31 WIB
Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama meresmikan serangkaian kegiatan peringatan HUT Ibu Kota ke-488 di Taman Fatahillah, Jakarta, Minggu (31/5/2015). Tema peringatan HUT ke-488 yakni, Jakarta modern, kreatif, dan berbudaya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei lembaga Periskop Data menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat‎ Ibukota terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama masih di bawah 50%.

Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai wajar, jika masyarakat belum puas terhadap Gubernur yang akrab disapa Ahok itu.

Hamdi mengatakan, masyarakat akan menjadikan masalah kemacetan dan banjir sebagai indikator kesuksesan seorang gubernur di Jakarta. Padahal, 2 masalah itu membutuhkan waktu relatif panjang untuk penyelesaian.

"Ya, sebenarnya wajar kalau masyarakat masih belum puas. Karena indikator keberhasilan yang diperlukan publik, masalah banjir dan kemacetan itu kan penyelesaiannya jangka panjang," kata Hamdi usai jumpa pers hasil survei di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/6/2015).

Menurut Hamdi, masalah kemacetan dan bajir tidak‎ akan selesai 5 sampai 10 tahun. Butuh waktu 20 sampai 30 tahun, jika mau serius mengatasi 2 'penyakit kronis' Jakarta itu.

"Realistiknya itu 20 tahun 30 tahun kalau kita serius menangani itu. Itu publik baru bisa merasakan betul publik dampaknya," ujar dia.

Hamdi menerangkan, 2 masalah Jakarta itu memang sudah sejak lama ‎ada. Sebuah warisan turun-menurun dari para gubernur sebelum-belumnya.

Karena itu, Hamdi meminta, agar masyarakat tak berharap dan berekspetasi lebih banyak kepada Ahok dapat menyelesaikan 2 masalah itu dalam waktu yang singkat.

Sebab, lanjut Hamdi, ketika 2012 lalu saat Joko Widodo dan Ahok terpilih menjadi pemimpin DKI Jakarta, masyarakat berpikir mereka adalah manusia super yang bisa menyelesaikan masalah dalam waktu 2 tahun.

"Mungkin dulu masyarakat ketika Jokowi-Ahok terpilih, ada ekspektasi yang berlebihan. Mereka berpikir seolah-olah ketemu orang yang super yang bisa menyelesaikan masalah Jakarta dalam waktu 1 atau 2 tahun. Ya tidak mungkin. Saya kira itu jadi faktor kenapa hasil survei ke masyarakat yang tidak puasnya hampir 50%. Jadi wajar saja," pungkas Hamdi.

Dalam survei ini, Periskop Data menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilaksanakan pada 1 Juni sampai 7 Juni 2015 dengan melibatkan 500 responden.

Survei ini dilakukan di seluruh wilayah DKI Jakarta yang tersebar di 6 kabupaten/kota meliputi, Jakarta‎ Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Secara statistik, sampel 500 responden dari tingkat populasi Jakarta ini memiliki margin of error sebesar plus minus 4,4%. (Rmn/Sss)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya