Liputan6.com, Darmstadt - Keadilan mulai ditegakkan bagi Tugce Albayrak, muslimah yang dipuji sebagai pahlawan Jerman atas keberaniannya. Seorang pemuda berusia 18 tahun dijatuhi pidana 3 tahun bui atas perbuatan yang menyebabkan kematiannya.
Terdakwa, yang diidentifikasi sebagai Sanel M -- namanya disamarkan sesuai UU privasi Jerman -- mengaku bersalah menyebabkan kematian Tugce Albayrak. Namun, permintaannya maaf itu ditepis keluarga korban yang meragukan ketulusannya.
Ia memukul Albayrak di luar restoran siap saji di Offenbach, dekat Frankfurt pada 15 November 2014, membuat gadis itu menderita luka fatal saat tubuhnya membentur tanah.
Pengadilan daerah Darmstadt menjatuhkan hukuman pada Sanel M menggunakan UU Remaja, karena terdakwa baru saja mencapai 18 tahun.
Dalam kesimpulannya, jaksa mengatakan bahwa kasus tersebut tak sesederhana seperti yang telah dilaporkan karena kedua pihak terlibat adu mulut sebelumnya.
"Kasus tersebut memicu gelombang perhatian publik dan diskusi yang tak terduga," kata jaksa penuntut umum senior, Alexander Homm, sebelum sidang putusan, seperti dikutip dari situs Dalje. Tak hanya di Jerman, juga di luar Bundesrepublik Deutschland.
Di satu sisi, kata Homm, Sanel M adalah pemuda tak berpendidikan yang namanya dikenal polisi. Pada sisi lain, Albayrak, adalah gadis keturunan Turki yang cantik dan berbaur dengan baik dalam masyarakat Jerman. Namun, mahasiswi keguruan itu harus membayar keberaniannya dengan nyawanya.
Advertisement
Tugce Albayrak menjadi korban penyerangan setelah ia berusaha melindungi 2 orang gadis berusia 13 tahun dari pelecehan yang dilakukan Sanel M dan teman-temannya.
Karena keberaniannya itulah, ia dielu-elukan sebagai pahlawan Jerman. Orang-orang pun menyebut di hari pemakamannya. Perdana menteri negara bagian Hesse dan Dubes Turki untuk Jerman ada dalam daftar pelayat.
Laporan media saat itu menggambarkan bahwa ia ikut campur tangan setelah mendengar teriakan minta tolong dari toilet McDonald's.
Sementara rekaman CCTV di tempat parkir menunjukkan bagaimana Tugce Albayrak terbaring tak bergerak setelah dipukul jatuh.
Ia koma selama 2 minggu sebelum dokter manyatakan bahwa otaknya mati. Orangtuanya mematikan mesin pendukung kehidupan tepat pada hari ulangtahunnya ke-23.
Tindakannya itu menuai pujian dari Presiden Jerman, Joachim Gauck yang menyebutnya sebagai suri tauladan. Dan bahwa almarhumah telah menunjukkan, "keberanian dan moralitas yang patut diteladani." (Ein/Yus)
Baca juga: Kisah Tugce Albayrak, Muslimah yang Jadi Pahlawan Jerman