Liputan6.com, Jakarta - Penggabungan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) oleh empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Juli 2015 akan menghemat investasi dan ongkos operasional perbankan. Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang mengaku bisa menghemat hingga 75 persen dari total biaya operasional perseroan dengan kebijakan tersebut.
Senior Executive Vice President Transaction Banking Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans menyatakan, perseroan harus menggelontorkan investasi cukup besar untuk membeli satu mesin ATM termasuk biaya operasional setiap bulan.
Advertisement
"Untuk biaya operasional per ATM per bulan termasuk biaya depresiasi, ongkos mengisi ulang uang dan biaya komunikasi mencapai Rp 16 juta. Paling mahal ongkos mengisi ulang uang," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Sedangkan harga beli satu mesin ATM, kata Rico, sekira US$ 7.000-US$ 8.000. "Jadi kalau digabung, biaya-biaya ini dibagi empat bank, jadi kita bisa lebih efisien 75 persennya," kata dia.
Rico mengatakan, tujuan penyatuan ATM bank-bank BUMN ini untuk mengefisiensi biaya maupun jumlah investasi mesin otomatis itu. Gabungan ATM tersebut akan diberi branding ATM Link yang menyediakan layanan empat bank pelat merah.
"BRI, BNI, Mandiri dan BTN setiap tahun selalu investasi menambah jumlah mesin ATM. BTN biasanya menambah 2.000-4.000 unit, Bank Mandiri 3.500 unit, BRI sebanyak 2.000-4.000 unit dan BNI 2.000 sampai 3.000 unit," tutur dia.
Rico menuturkan, jika empat perbankan ini berinvestasi masing-masing, penambahan ATM menjadi lebih lambat. Tahun ini saja, kata dia, Bank Mandiri menambah basis 3.500 unit ATM dari jumlah saat ini 15.444 unit.
Sementara jumlah transaksi ideal setiap ATM per bulan sebanyak 10 ribu transaksi. "Kalau misalnya gabung dengan Himbara, dengan branding ATM Link, masing-masing akan cepat pertumbuhannya," terang Rico. (Fik/Ahm)