Liputan6.com, Manila - Akhir tahun 2015, negara-negara di kawasan Asia Tenggara berencana mewujudkan integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Namun Managing Director Bangkok Sentral untuk International Sub-Sector, Wilhelmina Manala mengaku sistem perbankan Filipina belum siap menghadapi integrasi finansial MEA.
Advertisement
Manala mengatakan, tingkat kesiapan implementasi finansial Filipina pada MEA masih berada di level 86,1 persen. Meski begitu, seluruh negara anggota juga menghadapi tantangan yang sama, rata-rata hanya 80 persen siap dengan implementasi MEA.
"Kami semua memiliki tujuan yang sama (terintegrasi secara finansial dan ekonomi) tapi kami menyadari bahwa kami (sepuluh negara anggota) tak berada pada faham yang sama. Karena itu, kami tak bisa mencapai satu tujuan yang sama secara bersamaan dalam waktu yang sama," terang Manala dalam presentasinya seperti dilansir dari Sunstar.com, Sabtu (20/6/2015).
Memang benar, salah satu komponen tujuan MEA adalah meliberalisasi dan mengintegrasi pasar finansial dengan menghapus berbagai larangan di pasar modal dan jasa finansial. Integrasi di pasar finansial termasuk bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan lembaga finansial lain.
Manala menjelaskan, bahwa itu semua dilakukan demi menyediakan ketersediaan jasa dan produk finansial yang lebih terarah di kawasan ASEAN.
"Butuh sekitar 10 tahun untuk mencapai integrasi finansial yang dimaksud," katanya. Salah satu petinggi bank lain yang enggan menyebutkan namanya juga mengatakan, tidak seperti integrasi di sektor perdagangan, sektor perbankan terlalu rumit untuk sebuah integrasi.
Dalam laporannya, Bank Sentral Filipina mengatakan, integrasi finansial masih bisa dilakukan hingga 2020 di kawasan ASEAN.
Tentu saja, semua harus dimulai tahun ini dan menyiapkan berbagai langkah yang membuat operasi juridikasi berjalan lancar, proses libelarisasi jasa finansial, pengembangan pasar modal dan harmonisasi pembayaran.(Sis/Nrm)