9 Hal Penting Tentang MERS di Thailand

Untuk mengantisipasi virus MERS masuk ke Indonesia, Prof dr Tjandra Yoga Aditama mencatat 9 hal penting.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Jun 2015, 09:00 WIB
Seorang pria Thailand duduk di dekat pengumuman wabah MERS di Nonthaburi, Thailand, (19/6/2015). Pemerintah Thailand mengumumkan bahwa seorang pria 75 tahun asal Oman positif terjangkit virus MERS. (AFP PHOTO/Pornchai KITTIWONGSAKUL)

Liputan6.com, Jakarta Mengingat Thailand begitu dekat dengan Indonesia, kewaspadaan terhadap virus MERS tentu perlu dilakukan bersama. Untuk mengantisipasi virus ini masuk ke Indonesia, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Prof dr Tjandra Yoga Aditama mencatat 9 hal penting, seperti:

1. Pasien datang dari Oman

Jazirah Arab tetap jadi tempat yang perlu diwaspasi, ini perhatian untuk jamaah Umrah dan juga nanti jamaah Haji. Sekarang kasus di Korea Selatan sudah mulai menurun, tapi penularan dari jazirah Arab tetap terjadi.

2. Pasien sudah tua

Usia tua memang fakto risiko MERS CoV, dan usia lanjut cukup mendominasi jamaah Umroh dan Haji. Oleh karena itu, perlu perhatian petugas dan keluarga yang mengiringinya.

3. Memiliki penyakit bawaan

Selain menyerang lansia, MERS juga rentan dialami mereka yang memiliki penyakit bawaan seperti jantung kronik serta paru kronik.

4. Pemeriksaan di bandara tidak bisa membendung masuknya MERS

Terkait dengan satu orang yang meninggal di Thailand akibat terinfeksi MERS, pasien sudah sakit sejak 10 Juni dan sengaja pergi ke Thailand untuk berobat. Dia mendarat di bandara Bangkok pada 15 Juni 2015, dan tidak terdeteksi pada pemeriksaan di Bandara. Hal ini kembali mengkonfirmasi, pemeriksaan di bandara tidak 100 persen bisa membedung masuknya MERS ke suatu negara.

5. Pasien langsung ke rumah sakit

Walaupun awalnya bukan ke arah MERS, tapi pasien ini langsung ke rumah sakit dan dimasukkan ke ruang isolasi. Hal ini mencegah kemungkinan penularan selanjutnya.

6. Pemeriksaan MERS tidak mudah

Pasien awalnya dirawat dengan diagnosis Pneumonia dan mulai membaik. Setelah 3 hari, pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan dahak untuk sampel MERS. Ini menunjukan kecurigaan kalau pemeriksaan MERS tidak mudah sehingga perlu jadi perhatian petugas kesehatan seluruh dunia.

7. Indonesia punya laboratorium yang dapat mendeteksi MERS

Hasil Lab realtime PCR (UpE dan ORF 1a) positif. Juga pemeriksaan molecular sequencing di Lab menunjukkan 99 persen homology dengan virus MERS CoV.  Lab di Thailand, bersama Lab di India dan Lab Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Indonesia merupakan 3 Lab di WHO Asia Tenggara yang dapat memeriksa MERS CoV dengan baik.

8. Karantina tetap harus dilakukan

Untuk mencegah penularan virus MERS CoV, sekitar 59 orang dikarantina di Thailand. Hal yang sama juga perlu dilakukan di semua negara dan bergantung dari kemampuan surveilans epidemiologinya. Untuk kasus Thailand, yang dikarantina adalah:

- 3 anggota keluarga pasien
- petugas kesehatan yang menangani pasien
- supir taksi yang membawa pasien dari bandara
- mereka yang duduk di dua baris depan dan dua baris di belakang pesawat yang pasien tumpangi,
- seluruh awak pesawat

9. Pencegahan tetap utama

Kejadian di Thailand membuat kita belajar bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit serta diaktifkannya Emergency Operation Center.

Sebelum kasus ini, sepanjang 2015 Thailand sudah pernah memeriksa 36 MERS CoV, dan semua hasil Lab-nya negatif. Semua data MERS CoV yang dilaporkan ke WHO dari 26 negara di dunia sampai hari ini adalah 1334 kasus, dengan 471 kematian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya