Tekan Kasus Buta Akibat Katarak, Bogor Hadirkan Cataract Center

Ketua INASCRS, Setyo Budi Riyanto mengatakan, katarak adalah penyebab utama kebutaan di Indonenesia.

oleh Bima Firmansyah diperbarui 22 Jun 2015, 13:00 WIB
Ketua INASCRS, Setyo Budi Riyanto mengatakan, katarak adalah penyebab utama kebutaan di Indonenesia.

Liputan6.com, Jakarta Katarak sudah menjadi masalah nasional bagi Indonesia. Ketua Indonesian Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS), Setyo Budi Riyanto mengatakan, katarak adalah penyebab utama kebutaan di Indonesia. 

"Dengan populasi sebanyak 250 juta jiwa, Indonesia memiliki 1,5 persen atau 3 juta jiwa penderita katarak. Namun hanya memiliki 2.325 ophthalmolohist atau dokter ahli mata," ungkapnya saat kegiatan `Soft Opening Cataract Center & Phacoemulsifivation Surgery` di Klinik Dr. Hasri Ainun Habibie, Bogor, Minggu (21/6/2015).

Setyo Burdi Riyanto melanjutkan, penambahan kasus kebutaan katarak mencapai 0,1 persen atau 210 ribu jiwa per tahun. Sedangkan jumlah operasi katarak yang sudah terlaksana tiap tahun hanya mencapai 80 ribu jiwa yang artinya backlog 130 ribu jiwa pertahun.

Pendapat umum menyimpulkan bahwa yang dapat menyelesaikan masalah kebutaan tersebut adalah dokter mata itu sendiri. Bagaimana mengatasi backlog tadi? Yaitu dengan menambah jumlah operasi dan tenaga terampil, sehingga pemberantasan buta pada katarak menjadi lebih baik, aman dan optimal.

Namun pada kenyataannya jumlah dokter mata di Indonesia tidak sebanding dengan ratio penderita. Ditambah dokter yang dapat menggunakan teknik fakoemulsifikasi juga masih terbatas.

"Fakoemulsifikasi sendiri adalah teknik terbaru dalam operasi katarak dengan didukung mesin dan peralatan yang jauh lebih berkembang. Oleh karena itu teknik ini adalah cara yang paling baik, aman dan sedikit kemungkinan komplikasi, sehingga memberikan hasil penglihatan terbaik," bebernya.

Untuk itulah muncul gagasan mendirikan Cataract Center dan sarana untuk layanan operasi katarak di Rumah Sakit Dr. Harsi Ainun Habibie, Bogor. Disamping untuk melatih para dokter mata menggunakan teknik baru yaitu "Cataract with Phacoemulsifi Surgery", juga memungkinkan untuk mengurangi tingkat kebutaan akibat katarak di Indonesia.

Kegiatan ini terbentuk atas kerjasama beberapa pihak yakni Kementerian Kesehatan RI, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), KOI dan Klinik Dr Hasri Ainun Habiebie sebagai Cataract center.

Sementara, Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek yang hadir dalam soft opening tersebut mengatakan, kegiatan Cataract Center ini harus melibatkan banyak pihak dan Cataract Center harus lebih giat menyosialisasikannya pada masayarakat luas.

"Kita (dokter mata) tidak bisa bekerja sendiri, maka harus dibantu oleh semua pihak, baik pemerintah maupun swasta," ungkapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya