Liputan6.com, Lund - Selama hampir 320 tahun, mumi Uskup Peder Winstrup terbaring dengan tenang dalam peti mati di ruang bawah tanah sebuah katedral megah di Lund, Swedia. Kini, dengan menggunakan teknologi, para ilmuwan menguak keberadaan janin berusia 5 bulan di bawah kaki pria yang lahir di Kopenhagen itu.
Jasad kecil itu, yang diyakini sebagai bayi yang lahir prematur terungkap saat para ilmuwan memindai jenazah Peder Winstrup yang telah menjadi mumi -- yang diyakini menjadi salah satu jasad terbaik yang terawetkan di Eropa dari Abad ke-17.
"Salah satu temuan penting yang kami dapatkan dengan menggunakan CT scan adalah bahwa Winstrup tak sendirian di dalam peti mati," kata Per Karsten, direktur museum sejarah di Lund University seperti dikutip dari Guardian, Senin (22/6/2015). "Faktanya, ia punya pendamping, janin manusia kecil berusia 5-6 bulan. Dan keberadaannya terungkap, tersembunyi di kaki mendiang, di bagian bawah peti mati. Kemungkinan keduanya memiliki kaitan."
Temuan tersebut mengejutkan para ilmuwan, yang awalnya hanya berharap menemukan informasi tentang kehidupan Winstrup dan kondisi sosial Swedia pada Abad ke-17.
Peti mati sang uskup yang mengesankan telah dibuka beberapa kali sebelumnya. Sebuah foto hitam putih yang diambil hampir seabad lalu menunjukkan kondisi jasad yang luar biasa: pakaian yang terawetkan sempurna, wajah penuh jenggot mendiang -- yang meski menyusut -- namun masih bisa dikenali.
Penyelidikan awal tak menemukan keberadaan bayi, yang terkubur di lapisan tebal herbal yang memenuhi setengah peti.
Uji DNA direncanakan akan dilakukan pada jasad sang uskup dan janin tersebut, untuk mencari tahu apakah keduanya memiliki kaitan.
Namun, Karsten menduga, janin bayi tersebut bukan dihasilkan dari hubungan yang sah dan seharusnya tak dimakamkan di pemakaman yang dianggap kudus. Seseorang mungkin mengambil kesempatan dari momentum pemakaman sang uskup -- agar anak tersebut bisa dimakamkan di tempat peristirahatan untuk umat Kristiani.
Advertisement
Winstrup tak hanya pemuka agama. Ia juga seorang sarjana, ilmuwan, kolektor, dan salah satu pendiri Lund University pada 1666 -- yang kini masuk dalam daftar 100 universitas terbaik dunia.
Pada 1638, ia diangkat sebagai Uskup Lund -- wilayah yang diserahkan dari Denmark ke Swedia. Peder Winstrup meninggal dunia pada 1679 diduga akibat pneumonia, setelah sekian lama menderita penyakit berkepanjangan seperti encok, arthritis, batu empedu, plak yang mempengaruhi livernya, dan mungkin TBC.
Ketika hidup dulu, ia hidup berkecukupan. Salah satunya, Winstrup punya akses dan mampu mengonsumsi gula, yang tak dinikmati orang kebanyakan pada masanya. Akibatnya, ia kehilangan sejumlah gigi dan yang tersisa mengalami kerusakan.
"Ada sejumlah batu empedu dalam kandung empedu, yang dapat menunjukkan tingginya konsumsi makanan berlemak," kata Caroline Ahlstrom Arcini, Osteologi atau ahli tulang yang bekerja dalam proyek tersebut.
Winstrup juga mengalami cedera pada tendon di bahu, membuatnya kesulitan melakukan tugas-tugas sederhana, seperti menyisir rambut atau memakai kemeja.
Peti jenazah Winstrup dibuka untuk menerapkan teknik ilmiah modern. Kejutan lain yang didapat para ilmuwan adalah bahwa jasadnya tidak dibalsem, melainkan kering secara alami beserta organ-organ dalamnya.
Sang uskup dimakamkan di atas sejenis matras yang diisi herbal seperti juniper atau jintan, wormwood, dan memakai bantal berisi bunga hop. Para ilmuwan yakin, tak hanya mengurangi bau, herbal-herbal itu membantu mengawetkan jenazah.
Dan, meskipun warnanya telah memudar, pakaian yang membungkus jenazah juga terawetkan, termasuk jubah beludru dan sarung tangan kulit.
Lebih banyak pengujian direncanakan para ilmuwan, namun pada akhirnya, dua jenazah -- sang uskup dan janin itu -- akhirnya akan dimakamkan kembali. Bersama-sama. (Ein/Yus)
Baca Juga