Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian dunia diperkirakan bertumbuh 3,8 persen pada 2016. Sayangnya, kondisi ketidakpastian global yang semakin parah membuat pemerintah Joko Widodo (Jokowi) merevisi asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun depan.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro dalam Rapat Lanjutan Pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2016, menyatakan, International Moneter Fund (IMF) masih meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 3,8 persen atau naik dari proyeksi tahun ini 3,3 persen.
Advertisement
"Memang ada optimisme dari global, tapi dalam menetapkan asumsi kami berpegang pada kondisi domestik, yakni realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 sebesar 4,7 persen meski kita akan memacu pertumbuhan ekonomi pada tiga kuartal ke depan," terang dia di Gedung Komisi XI, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Atas dasar itu, kata Bambang, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 5,5 persen sampai 6 persen di tahun depan. Level tersebut turun dari asumsi sebelumnya yang dipatok 5,8 persen sampai 6,2 persen.
"Kami mengusulkan pertumbuhan ekonomi dari 5,8 persen-6,2 persen menjadi 5,5 persen-6 persen. Itu terjadi karena tahun ini dan tahun depan adalah periode ketidakpastian yang sangat mudah berubah kondisinya," ujar Bambang.
Dia menjelaskan, ketidakpastian ini datang bukan saja dari isu kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, tapi juga pemerintah perlu memperhatikan kondisi Yunani yang terancam gagal bayar utang. "Kalau skema (Yunani) berantakan akan mempengaruhi stabilitas pasar keuangan dunia," ucap Bambang.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo tetap memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,4 persen sampai 5,8 persen pada 2016. Meski lebih rendah dari perkiraan pemerintah, namun perkembangan ekonomi dunia diyakininya akan mempengaruhi harga komoditas.
"Harga komoditas lebih terbantu, prospek ekonomi nasional pun akan ada perbaikan dari permintaan domestik, konsumsi rumah tangga dan perbaikan daya beli. Diharapkan pemerintah bisa memacu pertumbuhan ekonomi di semester II 2015 untuk membantu ekonomi di 2016," tandas dia. (Fik/Ahm)