Babak Baru Hidup Ayu Gani: Lenggok sang Model di Pentas Dunia

Berikut ini penuturan Ayu Gani, juara Asia's Next Top Model 2015, tentang karirnya di dunia internasional.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Jun 2015, 07:35 WIB
Ayu Gani - Asia's Next Top Model 2015 (Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Gadis berwajah oriental ini mungkin tidak pernah mengira akan tercebur di dunia model. Sejak kecil Ayu Gani mengaku kerap di-bully teman-temannya dengan panggilan kecoa. Tapi siapa sangka, jalan hidup malah membuatnya jadi pemenang Asia's Next Top Model 2015.
 
Banyak yang kaget ketika Gani menjadi pemenangnya. Dua model lain lebih dijagokan menjadi juaranya. Keduanya adalah  Monika Sta. Maria dari Filipina dan Aimee Cheng-Bradshaw dari Singapura.
 
Lalu kenapa Gani yang menang? Benarkah ia memang model yang dicari-cari dunia fesyen?
 
Dalam artikel The Guardian 16 Januari 2015, dijelaskan bahwa awalnya golongan model fesyen profesional dijuluki sebagai `Living Mannequins`. Ini terjadi di era tahun 1900-an atau awal abad 20. Ketika klien sebuah rumah mode menanyakan nama si model, ia tak akan menjawab dengan nama aslinya. Melainkan dengan nama busana yang dibawakan. Lalu sang model menjawab dengan tatapan nanar sebagaimana ia memainkan peran menjadi boneka peraga.

Dalam perjalanannya, profesi ini bergerak melampaui tujuan asalnya sebagai media desainer untuk memeragakan rancangannya. Seperangkat kriteria harus dipenuhi untuk bisa menekuni karir ini. Karya desainer harus optimal dengan bantuan model yang tampil prima. Buntutnya, sang model kian dituntut banyak bahkan bisa menjadi isu kemanusiaan tersendiri karena model yang terlampau kurus.
 
Jadi makin jelaslah kolaborasi antara karya busana dalam hal ini si perancang dengan  pemakai pertamanya yakni si model. Jika busana yang dipakai si model menarik, ia menjadi terjemahan kalau dipakai konsumen juga akan menarik. Karena para model harus mampu memberi napas atau spirit busana dengan posenya di majalah maupun lenggak-lenggoknya di fashion show.
 
Di sinilah peran Gani menjadi peraga, yang kelasnya sudah tingkat dunia. Gani yang kelahiran Solo 13 Agustus 1991 harus membuktikan kehandalannya dalam memenuhi semua hal itu.
 

Foto: Dok. Star World, Harper's Bazaar Singapore


Kemampuanya terbukti di ajang Asia’s Next Top Model (AsNTM) musim ke-3. Dalam final yang ditayangkan Star World Rabu malam, 17 Juni 2015, Gani menjadi juaranya.

Tiket kemenangan mengantar Gani bertolak ke London pada Senin 29 Juni 2015. Ia memulai kontraknya selama setahun dengan agensi model ternama Storm Model Management. Hadiah lain yang digenggamnya adalah menjadi model produk TRESemme dan dapat mobil Subaru XV STI.

"Aku sangat suka dengan fesyen dan suka modeling. Aku serius dengan profesi ini dan selalu berusaha profesional,” ucap dara bernama lengkap Ayu Lestari Putri Gani, Jumat (19/6/2015).

Saat ditemui Liputan6.com di kantor Fox International Channels Indonesia, gedung Sampoerna Strategic Square Jakarta, Gani terlihat santai dengan rambut digelung cukup tinggi.

Mengenakan kaos putih bertuliskan `Indonesia on Top` dipadu celana kapri hitam dan sepatu loafers berwarna sama, Gani berbicara soal dirinya walau ada sedikit ekspresi malu-malu di wajahnya.

Dalam intonasi suara yang lugu, gadis yang berhasil mengungguli 13 kontestan AsNTM 2015 -- termasuk 2 rekan dari tanah air Tahlia Raji dan Rani Ramadhany  -- mengungkapkan ketakutan terbesar dirinya dalam membangun karir di dunia model.

Ayu Gani - Asia's Next Top Model 2015 (Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com)


“Aku bilang ke booker, `Nathan but I am short, how can I make it in London?" cerita Gani mereka-ulang percakapannya dengan Nathan Toth. Nathan adalah pencari bakat dari Storm Model Management sekaligus juri di final AsNTM cycle 3.

Ketakutan akan tinggi badan dari mahasiswi Fashion Business LaSalle College Jakarta itu sudah ada sejak terjun ke dunia model. "Sejak awal aku terjun ke dunia model aku tidak percaya diri. Aku merasa pendek dan tidak merasa cantik. Waktu pengumuman pemenang aku sudah siap kalah,” kata Gani yang sempat kuliah Sastra Inggris hingga semester 6 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
 
Di Storm Model Management tempat Gani dikontrak, model bertinggi tubuh 180 centimeter seperti Behati Prinsloo dan Jourdan Dunn jamak ditemui. Sementara tinggi Gani hanya 173 centimeter. Selain bentuk tubuh ramping, postur jenjang pada akhirnya menjadi bagian dari kriteria sosok model fesyen internasional.

Ayu Gani - Asia's Next Top Model 2015 (Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com)


Akan tetapi, berkaca dari sejarah dunia model fesyen itu sendiri, ada pengecualian dari kesuksesan seorang model yang punya `problem` tinggi badan. Lalu apa yang sesungguhnya membuat seorang model menjadi ikonik, setidaknya untuk masanya sendiri?
 
Di waktu lalu ada model bernama Jean Shrimpton, yang memiliki reputasi sebagai supermodel generasi pertama di Inggris tahun 1960-an. Ia akhirnya menjadi legendaris karena`melawan` kesan aristokrat yang ditampilkan para peragawati tahun 1950-an.
 
Pun demikian dengan Kate Moss yang tergolong anti-mainstream permodelan di tahun 1990-an. Di antara barisan Supermodel berlekuk tubuh seperti Naomi Campbell dan Cindy Crawford, ia terlihat lebih pendek dengan tinggi hanya 173 cm.
 
"Tapi pesonanya luar biasa," ucap Fabien Baron yang waktu itu mengontrak Kate Moss untuk Calvin Klein. Iklan itu akhirnya sangat dikenang publik, seperti dikutip dari artikel Vanity Fair berjudul The Riddle of Kate Moss tahun 2012. Hingga kini Kate Moss masih bertahan di agensi Storm Model Management.

Sama halnya dengan Cara Delevingne yang dikabarkan baru saja berhenti dari agensi model Storm Model Management.  Delevingne mampu bersinar di tengah masifnya cahaya supermodel Gisele Bundchen walau tidak tergolong tinggi untuk ukuran model.
 
Dalam artikel `All Runways Lead to Cara Delevingne di The Independent` pada tahun 2013, editor Vogue British Alexandra Shulman memberikan pujiannya.  “Delevingne adalah salah seorang perempuan yang mengombinasikan energi, ketajaman, antusiasme dan kecantikan edgy yang membuatnya berkilau di antara model-model cantik lainnya".
 
Gani tampaknya perlu menumbuhkan pemahaman tentang hal-hal tersebut, tentang bagaimana seorang model menampilkan kharismanya. Karena Nathan Toth pernah berujar khusus pada Gani, "If we contract you then it means we trust you".

"Dari situ aku mulai membangun keyakinan akan kemampuan diriku," ucap Gani.


Kisah bullying masa kecil hingga jadi model juara

Kisah bullying masa kecil hingga jadi model juara

Coba lihat Gani di sampul Harper’s Bazaar Singapore edisi Juli 2015. Rambut tergerai lepas, tatapan tajam dan bibir merahnya mempertegas pose glamor. Dengan tubuh berbalut lingerie hitam serta aksesori berbentuk ular, Gani terlihat sebagai model yang berkelas.
 
Siapa sangka gadis di sampul majalah terkenal itu tumbuh dari masa kecil yang diisi dengan cemooh teman-teman sebayanya?
 
"Aku sudah di-bully dari SD. Tiap aku jalan, aku dilempari botol. Dulu aku dipangggil `Kecoa`. Waktu SMP aku tidak punya teman," kenang perempuan dengan hobi memasak ini. Gani menceritakan itu dengan nada bicara yang santai seolah tak tersulut memori buruk masa kecil. Pengakuannya, ia mulai memiliki banyak teman pada saat SMA.

Foto: Dok. Star World, Harper's Bazaar Singapore

Ketertarikan Gani pada dunia fesyen tumbuh saat mengikuti pertukaran pelajar di Amerika. "Di sana banyak teman yang gayanya menarik dan berbeda. Dari situ aku mulai tertarik sama fesyen".
 
Sepulang dari Amerika, Gani yang sempat tampil di berbagai majalah seperti Surface dan Grazia ini ingin kuliah fesyen. Namun tak mendapat restu dari ibunda. Meski begitu sang mama menyuruhnya ikut lomba Wajah Femina.
 
"Aku kemudian ikut lomba itu dan ternyata aku terpilih sebagai juara favorit," kisah Gani.
 

Ayu Gani - Asia's Next Top Model 2015 (Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com)


Sejak saat itu, gadis yang lahir di Solo dan tumbuh di Yogyakarta ini menjalankan profesi model secara paruh waktu. Ia sampai harus bolak-balik satu atau dua kali seminggu ke Jakarta.

Melihat potensi anaknya yang besar, ibunda Gani menyuruhnya ikut ajang Asia’s Next Top Model. "Mama bilang, `Kamu coba deh ikut Asia’s Next Top Model`. Mama sudah bilang hal ini sejak AsNTM cycle 2 tapi waktu itu aku masih belum mau. Akhirnya tahun ini aku ikut,” cerita Gani.

Sosok yang kini tengah menggarap bisnis kacamata itu juga mengaku mendapat banyak pelajaran di acara reality show kreasi top model Tyra Banks itu. Misalnya tentang pemotretan untuk foto komersial maupun editorial.
 

Ayu Gani - Asia's Next Top Model 2015 (Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com)


"Rasanya seperti liburan," jawab Gani saat ditanya hal paling menyenangkan dalam mengikuti AsNTM. Masak bersama 13 kontestan AsNTM jadi pengalaman menyenangkan buat Gani. Menurut Gani, ia dan teman-teman AsNTM hingga kini masih dekat.

Babak baru Gani kini baru dimulai. Kemenangan di Asia’s Next Top Model tentu bukan puncak dari karir model Gani. Ia harus siap-siap mengisi halaman majalah-majalah fesyen dan berjalan di berbagai peragaan busana bersama Storm Management.
 
"Aku bangga bisa membawa nama Indonesia dengan kemenangan ini. Yang sekarang jadi pertanyaan adalah tentang karir aku ke depan. Itu adalah bentuk tanggung jawab untuk membuktikan bahwa aku memang layak memenangkan ajang tersebut," pungkas Gani.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya