Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR, Nurdin Tampubolon menuding pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat menguntungkan Bank Indonesia (BI).
"Penurunan rupiah yang diuntungkan BI, karena pendapatannya meningkat," ucap Nurdin saat Rapat Lanjutan Pembahasan Kerangka Ekonomi Makro 2016 di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Dengan kondisi demikian, Politikus dari Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, meminta BI segera melakukan intervensi agar level rupiah dapat membuat masyarakat nyaman. Dia pun mengusulkan kurs rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 dikisaran 12.800-13.100 per dolar AS.
Advertisement
Tak menampiknya, BI justru membenarkan pernyataan tersebut dengan menyatakan realisasi kinerja BI yang mencetak surplus pendapatan Rp 41 triliun.
Gubernur BI Agus Martowardojo membenarkan pernyataan Nurdin. BI, diakui memperoleh manfaat dari intervensi yang dilakukan saat pelemahan nilai tukar rupiah.
"Saat kami lakukan intervensi jual, nilai jual kami jika dibanding average cost membukukan surplus saat rupiah melemah. Tapi jika intervensi dilakukan saat rupiah menguat, justru menciptakan defisit," kata dia.
Pendapatan defisit, sambung Agus, pernah dicetak BI pada periode 2010-2011 ketika terjadi quantitative easing yang memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena dolar digelontorkan ke dunia.
"Tahun 2010 ada defisit Rp 21 triliun lalu meningkat menjadi Rp 25 triliun pada 2011. Sekarang saat rupiah melemah, ada surplus Rp 41 triliun," paparnya.
Meski begitu, Agus mengaku, BI merupakan pembayar pajak nomor dua terbesar di Indonesia setelah Pertamina. Dari hasil surplusnya itu, BI menyetor pajak ke negara sebesar Rp 14 triliun. (Fik/Nrm)