Liputan6.com, Jakarta Sam Ratulangi merupakan salah satu sosok penting dalam masa pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia. Tak hanya itu, bahkan sepanjang hidupnya, Sam Ratulangi juga mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Jika Jerman mempunyai Enstein, maka Indonesia memiliki Sam Ratulangi.
Menurut catatan sejarah, Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 1890 dengan nama Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, serta peran aktifnya dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, dibangunlah peristirahatan terakhir bagi Sam Ratulangi di Kelurahan Wawalintouan, Tondano, tempat kelahirannya.
Advertisement
Saat Tim Liputan6.com berkunjung ke Sulawesi Utara, yang ditulis pada Senin (22/6/2015), makam Sam Ratulangi menempati lahan seluas sekitar 1 hektar, dan lokasi makam berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Manado.
Memasuki kompleks makam, pengunjung akan disambut dengan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sam Ratulangi. Tak jauh dari lokasi tersebut, terbentang lapangan yang biasa digunakan untuk upacara dalam hari-hari besar kebangsaan Indonesia. Dari lapangan tersebut terlihat tembok bertuliskan ‘Si Tou timou Tumou Tou’, kalimat dalam bahasa Minahasa yang pernah dilontarkan Sam Ratulangi tersebut mempunyai makna yang mendalam.
Jefry, penjaga makam saat ditemui Tim Liputan6.com menjelaskan, makna pada tulisan di tembok tersebut adalah bahwa manusia hidup untuk memanusiakan manusia. Suatu ajaran moral yang pernah didengungkan Sam Ratulangi, demi mengajarkan sikap saling menghormati dan menghargai tanpa melihat perbedaan yang ada.
Bangunan utama di dalam kompleks makam sam Ratulangi adalah patung setengah badan Sam Ratulangi. Pada bagian belakangnya terdapat monumen berundak tujuh yang menggambarkan perjuangan Sam Ratulangi dalam usahanya mencapai kemerdekaan Indonesia.
Jefry sebagai penjaga makam menuturkan, “Sam Ratulangi itu tokoh kebanggan bersama, khususnya orang Sulawesi Utara. Saya mengharap pemerintah untuk memberikan perhatian pada kondisi makam, sehingga tempat ini bukan sekadar tempat wisata saja, tetapi juga menjadi tempat untuk belajar sejarah, dan mengenang jasa-jasa Sam Ratulangi kepada bangsa Indonesia, bukan malah melupakan.” (Ibo/Igw)