Liputan6.com, Jakarta IKEA merupakan perusahaan yang mempunyai visi menciptakan kehidupan sehari-hari yang lebih baik bagi banyak orang, dengan menawarkan berbagai produk perabot rumah tangga yang dirancang dengan baik, fungsional, dan tentu dengan harga yang terjangkau. Tak hanya itu, perusahaan yang didirikan di Swedia ini juga mempunyai perhatian besar terhadap lingkungan.
Perhatian IKEA terhadap lingkungan salah satunya dilakukan melalui kegiatan bertajuk ‘Smart Living Challenge II’, yaitu dengan mendorong masyarakat memberikan alternatif solusi untuk penanganan sisa makanan di rumah tangga. Sehingga masyarakat terdorong untuk memberikan berbagai ide kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan limbah makanan.
Advertisement
Berdasarkan rilis yang diterima Tim Liputan6.com, Selasa (23/6/2015), Eliza Fazia selaku Manager Marketing IKEA Indonesia mengatakan, “Merupakan tantangan tersendiri untuk mengelola dan menangangi limbah makanan secara konsisten dengan membuat solusi dan inovasi dalam menjadikan kehidupan yang lebih baik. Solusi yang diberikan pada kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kesinambungan bagi lingkungan yang lebih sehat dan bersahabat, mengingat jumlah makanan yang setiap hari kian meningkat.”
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkap data, hampir sepertiga dari hasil makanan yang diproduksi di seluruh dunia dengan estimasi sebanyak 1,3 miliar ton makanan, atau setara dengan jumlah makanan yang diproduksi oleh seluruh wilayah Sub-Sahara di Afrika. Jumlah ini menurut World Resources Institute setara dengan 198 juta hektar lahan yang digunakan untuk memproduksi makanan.
Untuk itu, IKEA sebagai salah satu perusahaan yang sangat peduli terhadap kehidupan dan lingkungan menyampaikan 7 langkah untuk mengurangi limbah makanan. Ke-7 langkah tersebut antara lain, melakukan perencanaan tentang kebutuhan makanan, membeli makanan seperlunya, meyimpan makanan dengan baik, memasak makanan sesuai kebutuhan, mengupayakan untuk tidak menyisakan makanan, menympan makanan jika terdapat sisa untuk dikonsumsi kemudian, dan melakukan daur ulang terhadap sisa makanan yang terbuang.
Dengan menghindari penumpukan limbah makanan, maka secara otomatis akan mengurangi jumlah produksi CO2. Lebih jauh Eliza mengungkapkan, kini telah banyak konsumen yang menyadari akan pentingnya kesinambungan dengan memilih solusi cerdas dan praktis untuk mengurangi limbah makanan. Dengan melakukan penanganan sampah dan daur ulang yang lebih efisien, maka dapat membantu mengurangi pengeluaran, terlebih mampu menekan dampak negatif dari sampah terhadap lingkungan. (Ibo/Igw)