Terminal LNG Arun Bisa Diandalkan untuk Ketahanan Energi

Terminal LNG Arun mampu mengelola 12 juta ton metrik ton per anom.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Jun 2015, 10:36 WIB
Terminal LNG Arun Pertagas (Foto: Pebrianto Eko/Liputan6.com)

Liputan6.com, Medan - Terminal penghubung dan regasifikasi gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) Arun, Lhokseumawe, Aceh Utara, bisa menjadi fasilitas negara untuk mewujudkan ketahanan energi.

Presiden Direktur PT Pertamina Gas (Pertagas), Hendra Jaya bercerita, terminal penghubung dan regasifikasi Arun terancam tak beroperasi karena menipisnya pasokan gas dari Exxon Mobil Oil. Kejadian tersebut saat terminal tersebut dioperatori oleh PT Arun Natural Gas Liquefaction yang merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero).

Namun, mengetahui hal tersebut pemerintah tak mau tinggal diam. Pemerintah ingin faslitas tersebut tetap beroperasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah Lhokseumawe.  Oleh karena itu, pemerintah memberikan komando kepada Pertamina untuk tetap mengoperasioan terminal tersebut.

Pertamina pun kemudian memerintahkan kepada PT Perta Arun yang merupakan perusahaan cucu dari Pertamina untuk mengambil alih pengoperasian terminal LNG Arun.

"Pemerintah ingin tetap menjaga kegiatan ekonomi di Lhokseumawe. Jadi terakhir Oktober 2014, gas dari Exxon tak cukup lagi. Kalau itu berhenti bisa dibayangkan dampak ekonomi sosialnya. Ini yang dipertimbangkan untuk tetap mengaktifkan terminal LNG Arun," kata Hendra, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (25/6/2015).

Ia melanjutkan, terminal LNG Arun mampu mengelola 12 juta ton metrik ton per anom. Meskipun merupakan fasilitas tua, kapasitas terminal tersebut masih jauh lebih besar ketimbang milik Singapura.

"Tangki bisa menjadi tempat penghubung daerah Sumatera sebesar 12 juta ton per tahun. Kalau kita bandingkan dengan yang disingapura yang hanya 9 juta ton per tahun, maka fasilitas Arun ini lebih besar," jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Hendra, fasilitas tersebut dapat diandalkan sebagai fasilitas strategis, penjaga ketahanan energi nasional yang sedang dicita-citakan pemerintah. "Sebenarnya untuk ketahan energi sangat baik untuk menampung kebutuhan kita," ungkapnya. (Pew/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya