Liputan6.com, Madinah - Madinah, kota utama di Arab Saudi, yang setiap sudutnya selalu menarik untuk dikunjungi dan diziarahi kaum Muslimin. Terlebih lagi, Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi uman muslim terletak di kota Madinah.
Tak heran, jika para pengembang hotel berebut meraup rezeki dari potensi kunjungan muslim yang berkunjung ke Madinah. Di antara banyak penginapan di Madinah, terdapat satu hotel bintang lima yang kisahnya selalu berhasil mengundang semburat kekaguman dari para muslim.
Advertisement
Adalah hotel Utsman bin Affan (Usman bin Affan) di Madinah, bangunan dengan 210 kamar siap sewa dan 30 kamar khusus yang siap menyambut para wisatawan di Madinah. Hotel itu berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai.
Melansir laman almuttahed.com, Kamis (25/6/2015), hotel yang berdiri di samping Masjid Utsman bin Affan (Usman bin Affan) itu dilengkapi dua restoran besar, 6 unit perbelanjaan, dan seluruh jasa hotel yang membuatnya menjadi hotel bintang lima.
Kabarnya, kini hotel tersebut dioperasikan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional. Dengan pengelola hotel ternama itu, hotel Uthman bin Affan diprediksi dapat mencetak pendapatan lebih tinggi dibandingkan penginapan lain.
Konon kabarnya, ada kebaikan sahabat Rasulullah SAW, Usman bin Affan, pada pembangunan hotel Utsman bin Affan. Hotel itu dibangun dari tabungan Usman yang telah berusia lebih dari seribu tahun.
Kisah itu berawal saat kaum muslim hijrah ke Madinah, air jernih menjadi salah satu kebutuhan yang sangat sulit diperoleh. Apalagi para umat muslim saat itu terbiasa meminum air Zamzam di Mekah.
Sebenarnya bukan air yang sulit ditemukan, persoalan utama saat itu karena pemilik sumur dengan air melimpah justru dimiliki seorang Yahudi. Mendapatkan laporan itu dari umatnya, Nabi besar Muhammad SAW lantas memberikan penawaran pada sang pemilik sumur.
Sebagai ganti sumur tersebut, Rasulullah menawarkan kebun luas sebagai gantinya. Namun sang pemilik sumur menolak dan mengatakan hanya menerima uang semata.
Sang pemilik sumur memang terkenal oportunis dan tak mau berbagi air di sumurnya selain dengan cara jual beli. Mengetahui insiden itu, Usman bin Affan lantas mendatangi sang pemilik sumur dan berkata akan membeli sumur tersebut.
Pemiliknya menolak, dia menawarkan Usman membeli setengah air di sumur itu atau menyewa sumur tesrebut. Usman lantas membeli setengah air sumur tersebut.
Pembagian yang dimaksud dengan kata `setengah` adalah di mana pemilik sumur dan Usman bergantian mengkonsumsi air sumur dua hari sekali, hari ini Usman, besok pemilik sumur, dan begitu seterusnya. Usman lalu mewakafkan air sumur sesuai jatah harinya untuk keperluan kaum muslim.
Uniknya, setiap orang justru hanya mau minum air sumur di jatah hari Usman dan tak ada yang datang di saat hari pemilik sumur. Karena merasa rugi, dia lantas menjual seluruh sumur seharga 20 ribu dirham.
Singkat cerita, pada masa-masa berikutnya, wakaf Usman bin Affan terus berkembang. Bermula dari sumur terus melebar menjadi kebun nan luas. Kebun wakaf Usman dirawat dengan baik semasa pemerintahan Daulah Usmaniyah (Turki Usmani).
Setelah Kerajaan Arab Saudi berdiri, perawatan berjalan semakin baik. Alhasil, di kebun tersebut tumbuh sekitar 1550 pohon kurma.
Kerajaan Saudi, melalui Kementerian Pertanian, mengelola hasil kebun wakaf Usman tersebut. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Usman bin Affan.
Rekening atas nama Usman tersebut dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu, 'kekayaan' Usman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah. Sampai pada akhirnya dapat digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi.
Di atas tanah itulah, hotel Utsman bin Affan dibangun dari uang rekeningnya, tepat di samping masjid yang juga atas nama dirinya. Sama seperti perkebunan kurma, uang dari pendapatan hotel, setelah dibagi dengan pengelola, akan dibagikan pada umat miskin dan masuk ke rekening Usman. (Sis/Ahm)