Harga Minyak Dunia Turun Lagi

Krisis utang Yunani akan berpengaruh terhadap permintaan energi Eropa.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 26 Jun 2015, 05:40 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Turun (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia merosot dalam dua hari berturut-turut pada penutupan perdaganan Kamis (Jumat pagi WIB) akibat melemahnya permintaan pasar produk bahan bakar minyak di Amerika Serikat (AS) serta potensi dampak negatif dari krisis utang Yunani terhadap permintaan energi Eropa.

Melimpahnya stok bensin dan diesel di AS muncul membawa kekhawatiran mengenai mengambangnya jutaan barel stok minyak mentah Nigeria yang hingga kini menanti pembeli.

Dilansir dari Reuters, Jumat (26/6/201), harga minyak mentah jenis Brent turun US$ 29 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 63,2 per barel. Harga minyak mentah AS atau dikenal West Texas Intermediate (WTI), turun US$ 57 sen atau hampir 1 persen menjadi US$ 59,7 per barel.

Harga minyak mentah AS telah terjebak antara US$ 59-US$ 61 selama dua minggu terakhir, sementara harga minyak Brent bergerak di kisaran US$ 62-US$ 65 per barel.

Harga bensin dan sulfur diesel ultra-rendah (ULSD) berjangka turun hampir 1 persen. Pergerakan produk minyak olahan saat ini lebih dipengaruhi permintaan bahan bakar otomotif menjelang libur musim panas.

Data resmi dari pemerintah AS menunjukkan, stok bensin di Negeri Paman Sam naik 680 ribu barel pada pekan lalu, lebih besar dari dua kali jumlah yang diperkirakan oleh analis dalam jajak pendapat Reuters.

Persediaan minyak sulingan termasuk diesel dan minyak pemanas naik 1,8 juta barel, lebih tinggi dari proyeksi 1 juta barel.

Dari Athena, Yunani kembali gagal mencapai kesepakatan dengan kreditor internasional, meningkatkan kekhawatiran tentang peluang gagal bayar (default) utang yang dapat memberi dampak besar ke  ekonomi Eropa serta mengurangi permintaan minyak di kawasan itu.

Pedagang dan investor juga mengamati kemajuan kesepakatan nuklir Iran jelang tenggat waktu 30 Juni yang menjadi penentuan mengenai sanksi dan kelanjutan ekspor minyak Iran. (Ndw/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya