Hindari Uang Palsu, BI Imbau Belanja Pakai Transaksi Non Tunai

BI agresif mensosialisasikan ciri-ciri keaslian rupiah kepada masyarakat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Jun 2015, 16:43 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengaku sedang agresif berkoordinasi dengan penegak hukum untuk memberantas peredaran uang palsu. Selain itu, sebagai tindakan pencegahan, Bank Indonesia juga terus melakukan sosialisasi ke masyarakat ciri-ciri keaslian uang rupiah.

Deputi Bidang Komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, berdasarkan temuan Bank Indonesia, terjadi peningkatan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat. Dalam data BI, jumlah uang palsu yang beredar meningkat dari 8 lembar menjadi 11 juta setiap 1 juta uang yang diedarkan.

Biasanya, menjelang Hari Raya Idul Fitri, jumlah uang palsu yang beredar akan meningkat. Peningkatan tersebut terjadi karena memang budaya masyarakat di Indonesia biasanya selalu menggunakan uang baru.

"Saya kira uang palsu sekarang masih bisa dikenali dengan 3D, Dilihat Diraba dan Diterawang. Kalau dilihat gambar burem, tinta luntur dan cetakannya pudar jika diamati dengan kaca pembesar. Bila diterawang enggak ada tanda air, benang pengaman tidak ditanam dan lainnya," tutur dia di kantornya, Jakarta, Jumat (26/6/2015).

Selain itu, sambung Tirta, BI agresif mensosialisasikan ciri-ciri keaslian rupiah kepada masyarakat. BI mengimbau agar masyarakat menukarkan uang di tempat-tempat penukaran uang resmi, seperti bank, kantor BI, atau di layanan penukaran uang di Monas dan daerah lain.

"Kalau transaksinya besar, jangan pakai tunai. Pakai saja non tunai untuk menghindari uang palsu. Jadi harus waspada dan kalau terima uang, harus langsung dilihat," paparnya. 

Saat ini banyak sekali sarana transaksi non tunai yang bisa digunakan oleh masyarakat dari kartu kredit, kartu debit, uang elektronik, internet banking, sms banking dan mobile banking dan beberapa fasilitas lainnya. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya