Bulan Ramadan, Momen Penting Mendidik Anak Jadi Manusia Unggul

Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Susanto mengatakan bulan ramadan harus menjadi momentum untuk membangun karakter unggul pada anak.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jun 2015, 16:00 WIB
Suasana acara buka puasa bersama dengan anak yatim piatu yang digelar di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan bulan ramadan harus menjadi momentum untuk membangun karakter unggul pada anak.

"Ramadhan momentum untuk mengajarkan anak bagaimana membangun keluarga yang harmonis tanpa kekerasan, peka dan peduli sosial, kesalehan serta solidaritas," kata Susanto melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Begitu pula dengan tradisi mudik di akhir ramadan, Susanto mengatakan tradisi tersebut dapat mengajarkan silaturahim kepada anak. Tradisi silaturahim dengan keluarga besar bernilai positif untuk membangun keakraban.

Apalagi, masyarakat kelas menengah dan atas, seringkali lupa untuk membangun keakraban dengan keluarga besar akibat sibuk dengan aktivitas sehari-hari dan karier masing-masing.

"Namun, tradisi itu telah menimbulkan dampak lalu lintas dan kemacetan, khususnya di daerah yang dilewati pemudik. Karena itu, orang tua harus berupaya untuk menciptakan mudik yang ramah bagi anak. Perlu juga kehadiran negara supaya kesibukan mudik bisa ramah bagi anak," tuturnya.

Menurut Susanto, Ramadan dan Idul Fitri, bukan hanya merupakan peristiwa keagamaan, tetapi juga telah menjadi peristiwa sosial budaya bagi masyarakat Indonesia. Karena itu, seringkali terjadi "aktivitas ikutan" yang menyertai Ramadhan dan Idul Fitri.

Susanto berharap orang tua bisa menjadi contoh bagi anak untuk tidak bersikap konsumtif yang berlebihan dan bermewah-mewahan dalam menghadapi Idul Fitri dan tradisi mudik.

"Bagi masyarakat ekonomi biasa, membeli baju baru dan alat ibadah baru menjadi tradisi untuk persiapan hari raya. Seringkali bagi mereka, membeli baju baru hanya terjadi setahun sekali," katanya.

Namun, bagi masyarakat kelas menengah bahkan atas, persiapan Idul Fitri mungkin tidak sekadar dengan membeli baju baru. Ada kalanya mereka membeli mobil baru untuk mudik, sekaligus sebagai bukti kesuksesan untuk ditunjukkan kepada kerabat di daerah asal.

"Bagi kelas menengah yang sebelumnya tidak memiliki mobil, membeli mobil untuk mudik mungkin sebuah kebutuhan. Namun, bagi kelas atas yang sudah memiliki mobil, membeli mobil baru yang lebih berkelas untuk dipamerkan saat mudik tentu sangat konsumtif," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya