Ketua Riset Populi: Ketepatan Waktu Reshuffle Kabinet Penting

Masyarakat Indonesia saat ini masih cenderung menyukai pemerintahan Jokowi-JK dibanding menteri-menteri dalam kabinetnya.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 27 Jun 2015, 12:58 WIB
Jokowi dan JK berpose bersama para Menteri Kabinet Kerja di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (27/10/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia saat ini masih cenderung menyukai pemerintahan Jokowi-JK dibanding menteri-menteri dalam kabinetnya. Hal itu berdasarkan hasil riset dan survei yang dilakukan Populi Center beberapa waktu lalu.

"Survei menunjukan, kepuasan kabinet itu kurang dari 50%. Sedangkan kepada presiden dan wakil presiden itu jauh lebih besar, sekitar lebih dari 60%," ujar Ketua Lembaga Riset Populi Center Nico Harjanto di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/6/2015).

Nico mengatakan, hal tersebut yang membayangi-bayangi presiden dalam menjalankan pemerintahannya. Namun meski demikian, tidak tepat jika perombakan kabinet atau reshuffle dilakukan dalam waktu dekat.

Dia menilai, ketepatan waktu menjadi kunci penting untuk perombakan kabinet. Oleh karena itu, Jokowi diharapkan dapat memilih waktu yang tepat untuk melakukan reshuffle.

"Memang reshuffle hak prerogatif. Tapi timing juga penting. Ada yang merasa setelah Lebaran terlalu cepat, ada yang bilang tunggu setahun dulu," pungkas dia.

Survei Populi Center yang dirilis pada Senin 9 Februari 2015 menunjukkan, kinerja pemerintahan pusat dan daerah masih dipandang positif. Sebanyak 57,9% responden menyatakan puas dan sangat puas dengan kinerja Presiden Jokowi.

Sementara itu, untuk penilaian kinerja terhadap Wakil Presiden JK, yang menyatakan puas dan sangat puas sebanyak 48,1%. Terkait kabinet, hanya 5 menteri yang dianggap lebih dari 10% responden kinerjanya memuaskan. Sebagian besar responden masih mempunyai harapan terhadap para menteri. Menteri Susi dinilai paling bagus, dengan 35,2% responden puas dan hanya 1,2% merasa kecewa dengan kinerjanya.

Survei Populi Center dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan 1.200 responden yang dipilih dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error plus minus 2.98% dan tingkat kepercayaan 95% dalam periode waktu 16 hingga 22 Januari 2015 di 34 provinsi Indonesia. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya