Ini Tugas Pertama Bos BEI Baru

Resmi ditunjuk tiga hari lalu, Bos BEI Tito Sulisto mengawal tugas pertamanya untuk membuka pencatatan kembali (relisting) saham Bukaka.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Jun 2015, 10:50 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Resmi ditunjuk tiga hari lalu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulisto mengawal tugas pertamanya untuk membuka pencatatan kembali (relisting) saham PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), produsen garbarata dan perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur.

Saat memberi sambutan dalam acara relisting di Gedung BEI, Senin (29/6/2015), Tito yang saat itu terlihat rapi mengenakan kemeja putih, jas serasi dengan bawahan serta dilengkapi dasi ini ternyata merupakan sosok yang humoris.

"Saya sudah mengikuti Bukaka sejak 1995, waktu itu perusahaan ini jadi emiten ke-219 yang terdaftar. Pasti mereka punya alasan delisting dan kembali listing. Ternyata Direktur Utama (Dirut) atau founder Bukaka tuh di sebelah Pak Jokowi (menunjuk foto Jusuf Kalla). Ya, pak Jusuf Kalla Dirut pertamanya," kata dia diikuti gelak tawa dari jajaran direksi Bukaka dan peserta lain.

Dalam wejangannya, Tito meminta agar Bukaka dan emiten lainnya menerapkan transparansi, tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). Jika ada perbedaan pendapat antar pemegang saham dan direksi, dia berharap agar emiten terbuka.

"Tolong juga legal and administratio‎n clean-nya dijaga. Kalau ada perbedaan, terbuka karena investor kita pemaaf kok. Bukaka adalah emiten ke-8 tahun ini yang mencatatkan saham di BEI. Dari total, Bukaka emiten ke 513. Transparansi penting supaya saham Bukaka dipakai sebagai sarana investasi pemodal dunia," terang dia.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut Bukaka Irsal Kamarudin menambahkan, perseroan optimistis dapat mengambil peluang dan berperan aktif dalam membantu kebijakan dan program pemerintah di pembangunan dan penyediaan infrastruktur nasional. Untuk mewujudkan ini, maka Bukaka membutuhkan opsi pendanaan salah satunya dipenuhi dari relisting.

"Tahun ini perekonomian domestik belum menunjukkan ketidakpastian, tapi kami yakin ini adalah momentum yang tepat untuk memperoleh opsi pendanaan guna merealisasikan target Bukaka," tutur dia.

Bukaka mencatatkan kembali saham sebanyak 2.640.452.000 lembar saham atau 100 persen dari saham Bukaka yang telah ditempatkan dan disetor penuh dengan harga efek Rp 590 per saham‎. Sayangnya di pembukaan perdagangan, relisting saham Bukaka mengalami kenaikan Rp 620 per lembar saham, namun tanpa ada transaksi yang tercatat.

Sekadar informasi, mencatatkan laba bersih Rp 98,29 miliar pada tahun lalu atau naik 5 persen dibanding realisasi pada 2013 sebesar Rp 81,56 miliar. Pendapatan pada tahun lalu mencapai Rp 1,42 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang membukukan Rp 1,33 triliun.

Siapa Tito Sulistio?


Selanjutnya

Perjalanan karir Tito di Bursa di awali pada 1992 dengan menjadi komisaris di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Selain menjadi komisaris di BEJ, ia juga pernah menjadi komisaris di beberapa perusahaan ternama, diantaranya, di PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI), PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Bursa Paralel Indonesia (BPI), PT Mitra International Resources Tbk. dan PT Jasa Sarana.

Pria kelahiran Bogor, 5 Juli 1955 juga tercatat pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Citra Marga Nusaphala Persada (1995-1999), Direktur PT Citra Metro Manila Tollways Corporation (1997-1999), CEO PT Media Nusantara Citra, Tbk. (2004-2007), Komisaris PT Media Nusantara Citra, Tbk.(2007-2009), Aktif sebagai Anggota Advisory Board of Association Indonesia Securities Companies (APEI) dan Advisor PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk.

Penyuka motor antik ini meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia pada 1982. Kemudian, dia melanjutkan studi dan mendapatkan gelar Master of Accountancy and Finance dari Institute d'Enseignment Superieur Lucier Cooremans, Brusells, Belgium, pada 1986. Terakhir, gelar S3 ditempuh di UPH sejak 2014 silam.

Di lingkup asosiasi, Tito menjabat sebagai Waketum Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) dan Penasihat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta.

(Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya