Liputan6.com, Jakarta Gaya hidup Muslim selama Ramadan biasanya berubah. Mereka jadi sering terjaga di malam hari dan tidur di siang hari. Meski pola ini bervariasi di beberapa negara Muslim lain, tapi apakah pola tidur ini menyehatkan?
Menanggapi hal tersebut, Profesor Kedokteran Ahmed BaHammam, FACP, FCCP mengatakan bahwa kebiasaan ini justru keliru. Meski dalam Islam diperbolehkan tidur siang saat berpuasa, sebenarnya ini pertanda kemalasan.
Advertisement
"Banyak orang berpikir selama bulan Ramadan harus mengurangi aktivitas di siang hari dan sebaliknya bertemu kerabat atau teman di malam hari. Akibatnya, mereka kurang tidur dan sepanjang hari mengantuk," kata Direktur dari University Sleep Disorders Center College of Medicine, King Saud University, seperti dikutip Alnoum, Senin (29/6/2015).
Ahmed menerangkan, dalam salah satu penelitian yang melibatkan 56 siswa, ditemukan bahwa waktu tidur mereka rata-rata berubah dari 23.30 sampai 03.00 pada minggu pertama Ramadan. Secara bertahap, pola bangun tidur mereka juga berubah dari 06.30 menjadi 08.45-09.15 pada minggu ketiga Ramadan. Para peneliti mengamati, banyak siswa mengeluh kantuk di siang hari selama puasa Ramadan.
"Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keinginan tidur siang selama puasa. Pertama, perubahan mendadak makan dan tidur yang membuat kita mengalami peningkatan suhu tubuh di malam hari. Sebaliknya, pada siang hari, suhu tubuh menurun sehingga kita jadi mudah mengantuk," katanya.
Yang menarik, peneliti tidak menemukan efek lemas dan mengantuk di siang hari apabila seseorang memiliki kualitas tidur yang baik saat puasa Ramadan.
"Kami sarankan untuk tetap tidur yang cukup di malam hari dan tidur siang seperlunya. Selain itu, hindari makan berlebihan di malam hari, terutama sebelum tidur karena dapat memicu asam lambung yang mempengaruhi kualitas tidur," pungkasnya.