Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan sepanjang hari ini didorong sentimen eksternal. Ketidakpastian penyelesaian utang Yunani membuat pelaku pasar lebih memilih melakukan aksi jual di pasar saham.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (29/6/2015), IHSG turun 40,42 poin (0,82 persen) ke level 4.882,57. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,89 persen ke level 834,85. Seluruh indeks saham acuan pun cenderung tertekan pada hari ini.
Advertisement
Ada sebanyak 213 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 52 saham menghijau dan 83 saham lainnya diam di tempat.
Pada hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.896,59 dan terendah 4.858,41. Transaksi perdagangan saham hari ini juga tidak terlalu ramai pada hari ini. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 189.340 kali dengan volume perdagangan saham 5,46 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 3,7 triliun.
Sektor saham kompak melemah kecuali sektor saham aneka industri naik 0,51 persen. Sedangkan sektor saham konstruksi melemah 3,28 persen, dan memimpin pelemahan indeks saham. Lalu disusul sektor saham perkebunan tergelincir 1,95 persen dan sektor saham industri dasar melemah 0,99 persen.
Investor asing juga cenderung melakukan aksi jual. Total aksi jual investor asing sekitar Rp 300 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 300 miliar.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham pada hari ini antara lain saham BUKK naik 50 persen ke level Rp 885 per saham, saham BIPI naik 19,40 persen ke level Rp 80, dan saham UNTR mendaki 4,39 persen ke level Rp 20.200 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar pun cenderung tertekan pada hari ini, saham TLKM turun 1,02 persen ke level Rp 2.905 per saham, saham UNVR melemah 0,94 persen ke level Rp 39.625 per saham, dan saham BBRI merosot 0,95 persen ke level Rp 10.375 per saham.
Analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, pelaku pasar melihat sentimen negatif di global sehingga memilih melakukan aksi jual ketimbang bertahan di pasar saham. Sentimen negatif yang terjadi dipicu ketidakpastian penyelesaian Yunani sehingga memberikan spekulasi kalau Yunani kemungkinan gagal bayar utang.
"Sentimen negatif yang terjadi di Yunani memberikan potensi gagal bayar sehingga pelaku pasar memilih jauh dari pasar saham," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, pernyataan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga memberikan sentimen negatif ke pelaku pasar. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang mengungkap adanya sinyalemen dalam tubuh kabinet kerja tidak kompak sehingga diisukan ada isu pergantian kabinet.
Hal ini memberikan kesan kepada pelaku pasar kalau isu pergantian kabinet itu dapat menganggu pembangunan ekonomi. Pelaku pasar yang cenderung menjauh dari pasar modal ini membuat transaksi harian saham cenderung sepi. (Ahm/)