Liputan6.com, Jakarta - Imbal hasil obligasi pemerintah Jerman melonjak sejak November 2011. Kenaikan dipicu oleh pengumuman dari Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras yang meminta referendum untuk dana talangan negara itu. Pelaku pasar menanggapi hal tersebut sebagai sinyal Yunani bakal keluar dari zona euro.
Sementara itu, obligasi pemerintah Italia dan Spanyol di tengah kekhawatiran kedua negara mengalami hal serupa dengan Yunani. Penurunannya merupakan yang terbesar sejak Mei lalu.
Advertisement
Yunani telah menutup bank -bank dan mengenakan pengetatan kontrol modal untuk mencegah runtuhnya keuangan negara. Turbulensi ini berbeda dengan minggu lalu, ketika obligasi Jerman justru turun dan surat berharga Spanyol maju di tengah optimisme negara-negara Eropa mencapai kesepakatan.
"Pasar bereaksi terhadap keputusan Yunani termasuk soal kontrol modal dan referendum," kata Lyn Graham-Taylon, ahli strategi di Rabobank International, London, seperti ditulis Bloomberg.com, Senin (29/06/2015).
Tapi, menurut Graham-Taylon, pasar masih merasa ada kemungkinan pembalikan keadaan. "Pada satu titik pasar akan menyadari Yunani tidak akan meninggalkan dan masih tetap di euro," ujarnya.
Imbal hasil obligasi Jerman berjangka waktu 10 tahun turun 0,16 persen poin menjadi 0,76 persen. Obligasi pemerintah Italia naik 21 basis poin menjadi 2,36 persen. Obligasi Spanyol melonjak 20 basis poin menjadi 2,31 persen.
"Pasar sedang mencari aset aman karena investor menganggap risiko Grexit (Yunani keluar dari zona euro) sangat tinggi," kata Vincent Chaigneau, kepala strategi valuta asing di Societe Generale SA, London. "Semua berharap kondisi bisa segera stabil," tambah dia.
Chaigneu juga berpikir masyarakat Yunani bakal menerima kesepakatan kreditur, sehingga negosiasi dapat berlanjut dan tetap berada di zona euro. Imbal hasil obligasi Yunani yang berjangka waktu 10 tahun meningkat 370 basis poin menjadi 14,55 persen. (Elsa A/Ahm)