Langgar Blokade Gaza, sebuah Kapal Ditangkap Pasukan Israel

Angkatan Laut Israel mengatakan bahwa pihaknya tidak perlu menggunakan kekuatan karena proses pengawalan kapal berjalan lancar.

oleh Rinaldo diperbarui 30 Jun 2015, 08:18 WIB

Liputan6.com, Tel Aviv - Para pejabat Israel mengatakan bahwa militer negara itu telah menangkap kapal yang mencoba untuk mematahkan blokade negara itu atas Jalur Gaza, Senin 29 Juni 2015. Selain menangkap penumpang kapal, militer negara itu juga mengarahkan kapal ke pelabuhan Israel.

"Kami telah memerintahkan kapal untuk mengubah arah tetapi tidak dilakukan, jadi tindakan militer itu diambil," ujar sebuah pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) seperti dikutip CNN, Selasa (30/6/2015).

Pihak IDF juga mengaku sudah menggunakan semua saluran diplomatik dan memerintahkan Angkatan Laut Israel untuk mengarahkan kapal guna mencegah pelanggaran blokade angkatan laut.

"Sesuai dengan hukum internasional, Angkatan Laut Israel telah menyarankan kapal itu untuk mengubah arah," kata pernyataan itu.

Angkatan Laut Israel mengatakan bahwa pihaknya tidak perlu menggunakan kekuatan karena proses pengawalan kapal berjalan lancar.

"Kapal saat ini sedang diantar ke Pelabuhan Ashdod dan diharapkan tiba dalam waktu 12-24 jam," jelas pernyataan IDF.

Pelabuhan Ashdod berada sekitar 25 mil (40 kilometer) di selatan Tel Aviv.

Pujian Netanyahu

Sementara itu, dalam sebuah pernyataannya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji penanganan situasi itu oleh Militer Israel.

"Saya ingin memuji para prajurit dan komandan angkatan laut pada operasi yang efisien dalam menangkap para penumpang kapal yang mencoba memasuki garis pantai Gaza dengan melawan hukum," kata Netanyahu.

Netanyahu mengatakan, Israel melindungi diri sesuai dengan hukum internasional.

Israel telah mempertahankan blokade itu sejak 2007. Para pejabat Israel mengatakan itu diperlukan untuk menghentikan Palestina melancarkan serangan roket ke kota-kota Israel dan untuk mencegah Hamas mendapatkan senjata baru.

Blokade itu telah dikritik oleh Sekretaris Jenderal PBB, Amerika Serikat, dan berbagai organisasi internasional. (Ado/Mar)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya