Bom Mobil Meledak di Yaman, 28 Pelayat Luka-luka

Serangan pada Senin 29 Juni waktu setempat itu terjadi di belakang sebuah rumah sakit militer di Sanaa, Yaman.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Jun 2015, 08:40 WIB
Ledakan bom mobil di Yaman. (BBC)

Liputan6.com, Sanaa - Bom mobil meledak di ibu kota Yaman, Sanaa. Para pejabat mengatakan belum mengetahui jumlah pasti korban. Target serangan tersebut juga simpang siur.

Media setempat melaporkan, target serangan adalah rumah beberapa pemimpin pemberontak Houthi.

"Sekelompok pelayat cedera dalam ledakan tersebut, 28 orang luka-luka, termasuk 12 wanita di sebuah bangunan yang tengah berduka akibat serangan sebelumnya," lapor Reuters yang dikutip dari BBC, Selasa (30/6/2015).

Serangan pada Senin 29 Juni waktu setempat itu terjadi di belakang sebuah rumah sakit militer di Sanaa.

Dalam perkembangan terpisah, milisi Houthi mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka telah meluncurkan rudal Scud di seberang perbatasan di sebuah pangkalan militer Arab dengan dalih menanggapi kejahatan agresi brutal negara itu.

Jika benar, itu akan menjadi serangan kedua sejak pertempuran antara kedua belah pihak dimulai.

Milisi Houthi adalah pasukan yang setia kepada Presiden Abdrabbuh Mansour Hadifor.

Sebelumnya, usaha meluncurkan rudal Scud awal bulan Juni ini berhasil dicegat dan ditembak jatuh oleh Arab Saudi sebelum menyebabkan kerusakan.

Serangan udara yang dipimpin Arab menargetkan posisi Houthi yang diluncurkan pada bulan Maret, berdampak buruk pada warga sipil.

Kelompok militan ISIS dikabarkan telah mem-posting pernyataan secara online, menyatakan grup yang berafiliasi dengan mereka berada di balik serangan tersebut. ISIS juga telah melakukan sejumlah serangan di ibu kota dalam beberapa pekan terakhir.

Yaman dalam kekacauan sejak pemberontak Houthi menyerbu Sanaa pada September 2014, memaksa pemerintah Presiden Mansour Hadi Abdrabbuh melarikan diri.

Menurut PBB, 3 bulan yang lalu, koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi mulai menargetkan para pemberontak dengan serangan udara. Sejak itu, lebih dari 2.000 orang telah tewas dalam konflik, termasuk setidaknya 1.400 warga sipil. (Tnt/Mar)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya