Liputan6.com, New York - Saat ini tak hanya Yunani saja yang terancam hadapi gagal bayar utang. Puerto Rico harus menghadapi tekanan membayar utang.
Gubernur Puerto Rico Alejandro Garcia Padilla mengatakan, pihaknya meminta izin merestrukturisasi utang. Tak hanya itu, ia juga mengharapkan pemegang obligasi berkorban mengingat kemungkinan restrukturisasi utang. Saat ini negara tersebut sedang berjuang meringankan beban utang US$ 72 miliar atau sekitar Rp 959,76 triliun (asumsi kurs Rp 13.330 per dolar Amerika Serikat).
Advertisement
Garcia Padilla mengatakan, pihaknya akan mencari solusi untuk menunda pembayaran utang selama lima tahun. Kalau tidak pihaknya akan memperpanjang jadwal untuk pembayaran utang.
Puerto Rico pun melewati anggaran US$ 9,8 miliar untuk tahun fiskal yang dimulai 1 Juli. Sekitar US$ 1,5 miliar atau 15 persen dari rencana belanja itu digunakan untuk membayar pokok dan bunga. Lalu Puerto Rico harus menghadapi pembayaran utang US$ 630 juta pada 1 Juli dari total obligasi umum sekitar US$ 1,3 miliar.
"Utang tidak dibayar. Tidak ada pilihan lain. Saya akan senang untuk memiliki pilihan lebih mudah. Ini bukan politik tetapi matematika," ujar Garcia Padilla, seperti dikutip dari laman New York Times, Selasa (30/6/2015).
Pernyataan tersebut mengejutkan dari Gubernur yang memimpin 3,6 juta penduduk. Utang Puerto Rico telah menumpuk lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat.
Restrukturisasi utang Puerto Rico ini akan lebih besar dari belum pernah terjadi di pasar obligasi Amerika Serikat. Sebagian obligasi atau surat utang yang digunakan untuk pembangunan jalan dan rumah sakit umum.
Obligasi atau surat utang Puerto Rico ini memiliki nilai nominal delapan kali dari obligasi Detroit. Sebagian besar surat utang Puerto Rico ini dipegang oleh investor individu di Amerika Serikat (AS), reksa dana dan investasi lainnya.
Sebelumnya pasar telah terguncang dengan kebangkrutan kota di Detroit, Stockton, California dan tempat lain sehingga melemahkan asumsi pemerintah daerah di Amerika Serikat akan selalu membayar kembali utang mereka.
Puerto Rico sebagai persemakmuran tidak memiliki pilihan bangkrut. Gagal bayar utang kemungkinan besar akan mempengaruhi penduduknya dan kreditor, seperti yang terjadi Yunani. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan utang itu.
Namun, Garcia Padilla mengatakan, pemerintah tidak dapat terus meminjam uang untuk mengatasi defisit anggaran. Sementara itu, warga Puerto Rico tengah berjuang untuk mengatasi tingkat kemiskinan dan kejahatan yang tinggi. Kini warga Puerto Rico juga harus memikul kenaikan pajak dan pemotongan pensiun.
Garcia Padilla menuturkan, kreditor sekarang harus "berbagi pengorbanan". Tak hanya itu, pihaknya juga mengusulkan pembentukan dewan fiskal untuk menjamin mematuhi rencana restrukturisasi.
Komentar Garcia pun mendorong harga obligasi Puerto Rico jatuh ke posisi terendah sepanjang masa. Peringkat utang Puerto Rico pun dipangkas menjadi CC lebih dari setahun oleh Fitch Ratings. Peringkat itu, 10 langkah di bawah investment grade. Investor pun mulai menghindari memegang obligasi. Saat ini, negara itu menghadapi krisis utang tunai, dan pemerintah memperkirakan, bank kehabisan modal pada 30 September.
Para kreditor memiliki utang Puerto Rico sekitar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 59,98 triliun. Kepemilikan utang itu dipimpin oleh Fir Tree Partners dan Monarch Alternative Capital. Mereka telah mengusulkan kesepakatan terhadap utang itu sejak Februari.
Russ Grote, Juru Bicara Hedge Fund di Hamilton Placa Strategis pun menolak berkomentar. Demikian juga juru bicara GDB Sard Verbinnen and Co David Millar.
Sebelumnya harga obligasi Puerto Rico yang jatuh tempo 2035 turun ke level 68,3 sen dari 76,8 sen pada Jumat pekan lalu.
Utang Puerto Rico ini tersebar di sejumlah perusahaan termasuk lembaga pemerintah untuk layanan masyarakat seperti listrik. Sedangkan sejumlah obligasi dijamin dengan penerimaan pajak dan pendapatan negara.
"Restukturisasi utang Puerto Rico akan berlarut-larut dan penuh debat karena kompleksitas yang terjadi dan ketidakpastian masa depan pertumbuhan ekonomi," kata Ted Hampton, analis Moody's Investor's Service.
Garcia mengatakan, pihaknya tidak akan membiarkan pemerintahannya alami gagal bayar utang. Pihaknya harus membuat pertumbuhan ekonomi sehingga dapat selamat.
Sebelumnya pemerintah telah menyewa Steven Rhodes, hakim federal yang mengawasi kasus kebangkrutan Detroit sebagai penasihat pada Juni.
Pemerintah sedang konsultasi dengan sekelompok bankir dari Citigroup mengenai pertukaran utang US$ 1,5 miliar dengan kreditor tertentu. Sejumlah pejabat dan penasihat mengatakan, pemerintah pusat perlu izin untuk mengajukan kebangkrutan atau berisiko kacau."Ada terlalu banyak kreditor dan terlalu banyak jenis utang," kata Rhodes. (Ahm/igw)