Liputan6.com, California - Sejak lama Planet Saturnus memesona manusia. Ia adalah 1 dari 5 planet yang bisa dilihat dengan mata telanjang, dalam rupa sebagai bintang paling terang di langit malam.
Pada tahun 1610, Galileo Galilei menjadi yang pertama mengamatinya menggunakan teleskop. Namun, alat optik itu begitu keruh, kualitas lensanya kurang, resolusinya pun terbatas.
Dengan alat yang masih sederhana itu, Galileo mengamati adanya 'pendamping' yang selalu berada di samping Saturnus. Sang ilmuwan pun lantas menyebut Saturnus sebagai planet kembar tiga, yang hampir bersinggungan. Di mana yang tengah memiliki ukuran sekitar 3 kali lebih besar dibandingkan yang lainnya.
Padahal pendamping itu sejatinya adalah objek mirip cincin yang melingkari planet keenam dari Matahari itu.
Advertisement
Belakangan, pada 1659, astronom Belanda Christiaan Huygens yang juga mengamati Saturnus, menemukan bahwa planet itu memiliki sistem cincin. Ia juga menjadi yang pertama menemukan Titan, satelit Saturnus yang disebut-sebut punya potensi menopang kehidupan karena punya kemiripan dengan planet manusia.
Dengan makin canggihnya teleskop, manusia mengetahui bahwa cincin Saturnus sejatinya adalah sistem partikel.
Rasa penasaran manusia tentang 'planet cincin' itu tak pernah pupus. Sejarah mencatat, pada tanggal 1 Juli 2004, pesawat luar angkasa Cassini-Huygens, dalam misi kolaborasi antara Amerika dan Uni Eropa berhasil masuk dalam orbit Saturnus.
Pesawat itu berhasil mengambil gambar jarak dekat cincin tersebut. Untuk mencapainya, Cassini harus melakukan perjalanan selama 6 tahun dengan jarak 3 miliar kilometer menuju Saturnus.
Menurut BBC History, misi proyek sebesar 3.3 miliar dolar ini diperuntukan untuk mempelajari Saturnus selama 4 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, Cassini harus mengelilingi orbit Saturnus sebanyak 75 kali dalam 31 bulan untuk mempelajari cincin tersebut.
Pada saat pertama kali berhasil masuk ke dalam orbit, ruangan kontrol di Nasa's Jet Propulsion Laboratory di California, dipenuhi oleh teriakan bahagia dan tepuk tangan.
'Petualangan' Cassini adalah salah satu misi yang paling bahaya. Pesawat tanpa awak ini harus melakukan berbagai macam manuver untuk masuk ke dalam posisi yang tepat. Para ilmuan dan teknisi harus pasrah, bahwa merekatidak bisa melakukan apapun apabila ada kerusakan terjadi. Hal ini dikarenakan adanya jeda waktu komunikasi 80 menit antara Cassini dan misi kontrol di Bumi.
"Ini adalah momen di mana semua orang menggigit jarinya, namun ketika dia berhasil memberi gambar, semua perasaan was-was terbayarkan," kata Bob Mitchell, program manajer Cassini.
Cassini dalam misinya harus berjalan di antara ruang kosong di cincin Saturnus demi mendapatkan foto paling close up. "Saya sampai menangis, ini begitu indah," kata ketua tim pengambilan gambar, Carolyn Porco.
Selain berhasil mengambil foto close up cincin Saturnus, Cassini berhasil mengambil foto bulan-bulan planet itu. Di antaranya adalah Titan, bulan paling besar milik Saturnus. Para ahli percaya, partikel seputar Titan mirip seperti partikel Bumi sebelum kehidupan dimulai.
Sementara itu, pada tanggal yang sama di tahun 1997, sejarah mencatat kembali bergabungnya Hongkong ke China setelah dari tahun 1839 berada di bawah taklukan Inggris. Di tanggal yang sama juga pada tahun 1972 Gay Pride parade pertama kali terjadi di Inggris. (Rie/Ein)