Liputan6.com, London - Dokter seringkali meresepkan obat tidur ke pasien yang mengalami trauma agar mudah terlelap sehingga cepat melupakan kejadian tak enak yang menimpanya. Namun, para peneliti kurang sependapat dengan anjuran seperti ini.
Salah satu peneliti dari Oxford University, Dr Katharina Wulff mengatakan, tidur memang dapat meningkatkan kinerja otak manusia, tapi tidak untuk melupakan kenangan buruk,"Justru kelompok orang yang kurang tidur lebih mudah melupakan kenangan buruk itu ketimbang orang yang bisa tidur normal."
Advertisement
Pemimpin studi dari Departemen Ilmu Saraf Klinis Universitas Nufield Dr Kate Porcheret menambahkan, dibutuhkan waktu lebih untuk mencari tahu bagaimana tidur dan traumatik saling berinteraksi. Sebab, trauma yang dialami seorang manusia tidak dapat diteliti di laboratorium.
"Tidak semua pasien mampu menerima obat penenang. Bagi beberapa orang yang sangat trauma, mungkin cara seperti ini adalah pendekatan yang salah," kata dia dikutip dari situs Daily Mail, Rabu (1/7/2015).
Meski begitu, tidur siang selama 1 jam di kantor membantu para karyawan memecahkan setiap masalah, dan mampu menyelesaikan semua pekerjaannya dengan sangat baik. "Kami menyarankan para atasan untuk mempertimbangkan memberikan waktu istirahat yang lebih panjang agar karyawannya dapat menyelesaikan semua pekerjaannya," kata Kate.