Komnas PA "Dihujani" Teror Selama Tangani Kasus Angeline

Selain kendaraannya dipepet, Arist mengaku kerap mendapat intimidasi dari orang tidak dikenal melalui telepon.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 03 Jul 2015, 07:41 WIB
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait meninjau ruangan Komnas PA yang terbakar beberapa waktu lalu, Kamis (2/7/2015). Arist meminta kepada aparat kepolisian segera mengungkap penyebab kebakaran. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) terbakar Sabtu 27 Juni lalu. Akibat kebakaran itu, sejumlah dokumen penting kasus perlindungan anak yang tengah ditangani Komnas PA hangus terbakar. Diduga, kebakaran ada kaitannya dengan kasus pembunuhan Angeline yang sedang ditangani Komnas PA.

Namun, insiden yang menghanguskan separuh ‎bagian gedung pemberian Kementerian Sosial itu bukanlah teror pertama yang dialami Komnas PA selama menangani kasus Angeline. Sejumlah teror telah diterima lembaga pemerhati anak itu sebelum kantornya terbakar untuk kali kedua.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, kebakaran yang menimpa kantornya merupakan puncak dari rentetan teror yang diarahkan ke lembaganya. Sebelumnya, kata Arist, kendaraannya kerap dipepet kendaraan lain di jalan raya.

"Klimaksnya ini (kebakaran), yang kita duga bentuk teror. Sebelumnya, ya memepet mobil lah. Lihat saja itu mobil saya bonyok-bonyok keserempet. Itu kan teror," ujar Arist di Kantor Komnas PA, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis 2 Juli 2015.

Selain dipepet, Arist mengaku kerap mendapat intimidasi dari orang tidak dikenal melalui telepon. ‎Dalam percakapan itu, dia dihujat dan dinilai memanfaatkan kasus Angeline untuk menaikkan popularitas. Tak jarang si peneror memintanya menghentikan penanganan kasus Angeline.

"Ada yang telepon dan bilang, jangan tangani persoalan itu. Jangan sok menjadi pahlawan, masih banyak anak-anak di luar sana yang membutuhkan penanganan. Berhentilah omong-omong tentang itu. Itu kan bentuk teror," papar Arist.

Teror melalui telepon tidak hanya menimpa dia. Arist menuturkan, pegawainya yang bekerja sebagai operator juga kerap mendapat intimidasi melalui saluran hotline. Tak jarang para operator di Komnas PA menangis karena dimaki-maki orang tak dikenal melalui telepon.

"Anak-anak yang menerima hotline di sini sering nangis gara-gara dibentak. Tapi kita anggap itu hal biasa, karena sering begitu. Tapi klimaksnya, (kebakaran) ya sehari sebelum diumumkan tersangka baru," jelas Arist.

Arist menganggap serangkaian teror tersebut sebagai risiko pekerjaan. Ia berharap polisi segera mengungkap peristiwa pembakaran kantornya akhir pekan lalu. Sebab, hampir seluruh berkas kasus yang ditanganinya ikut terbakar. Kejadian ini mengingatkan peristiwa serupa yang terjadi 2009 lalu.

"Bagi saya adalah soal data itu. Soal ancaman menurut saya risiko. Nggak bisa kita tenang-tenang soal ini (kebakaran) tapi data saya hilang," pungkas Arist. (Sun/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya