Data Tenaga Kerja AS Buruk Dorong Penguatan Rupiah

Nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis di akhir pekan setelah rilis data tenaga kerja AS yang tidak terlalu positif

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 03 Jul 2015, 12:27 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah berhasil terangkat tipis di akhir pekan setelah euro mampu menguat dan dolar Amerika Serikat (AS) melemah karena sentimen negatif dari referendum yang akan digelar oleh Yunani mulai mereda. Pelemahan dolar juga dipicu buruknya data penambahan tenaga kerja di AS.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (3/7/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,15 persen ke level 13.317 per dolar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga dibuka menguat di level 13.300 per dolar AS.

Rupiah berhasil menguat dari penutupan perdagangan sebelumnya di level 13.336 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.293 per dolar AS hingga 13.327 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah juga berhasil menguat ke level 13.316 per dolar AS. Rupiah tercatat menguat 21 poin dari perdagangan kemarin di level 13.337 per dolar AS.

"Rupiah akan berpeluang terus menguat hari ini meskipun volatilitas masih cukup tinggi menyusul ketidakpastian nasib Yunani," kata Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta. Menurutnya, sebenarnya masalah Yunani sudah tidak terlalu membebani pelaku pasar. Namun yang pasti sebenarnya pelaku pasar menginginkan agar Pemerintah Yunani dan debitor segera menyelesaikan masalah sehingga stategi investasi bisa diatur ulang.

Rangga melanjutkan, nilai tukar rupiah juga bergerak menguat setelah data tenaga kerja AS bergerak negatif. Tak hanya itu, klaim tunjangan pengangguran juga meningkat yang membuat dolar akhirnya goyah.

Sementara dari sentimen dalam negeri, Rangga menjelaskann, berlakunya peraturan pelonggaran pemberian kredit oleh BI cukup membantu meningkatkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Proyek infrastruktur yang mulai berjalan mendorong BI untuk mengambil langkah pelonggaran kredit tersebut. (Sis/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya