Keluarga Korban Hercules: Kontak Batin, Jasad Anak 'Panggil' Saya

Indra harus mengidentifikasi jasad istri dan anaknya yang jadi korban kecelakaan Hercules. Sungguh momentum yang berat.

oleh M Syukur diperbarui 03 Jul 2015, 12:49 WIB
Petugas mempersiapkan puluhan peti mati di depan instalasi jenazah RSUP Adam Malik, Medan, Selasa (30/6/2015). Sebanyak 141 jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules C130 berhasil dievakuasi ke rumah sakit tersebut. (REUTERS/Beawiharta)

Liputan6.com, Kepri - Selasa 30 Juni 2015, segala sesuatu menjadi gelap bagi Koptu Indra Putra. Kabar tentang jatuhnya pesawat Hercules C-130 bernomor A-1310 mengguncang anggota Paskhas TNI AU. Sebab, 3 anggota keluarga kecilnya menumpang pesawat itu. Ada sang istri, Arisanti (40), dan kedua anaknya Syahrul Mufit (12) dan Nahya Sifa (9).

"Begitu saya mendapat kabar pesawat yang dinaiki istri dan anak kecelakaan. Saya berangkat keesokan harinya pada Rabu. Selanjutnya pada hari Kamis, saya dibawa petugas identifikasi untuk mengenali yang mana keluarga saya," sebut Indra.

Hari itu merupakan momen yang berat bagi Indra. Rasa bercampur aduk. Dia harus mengidentifikasi jasad istri dan anaknya, meski kondisinya sulit dikenali. Namun, kontak batin yang dia miliki dengan ketiganya -- disertai dengan zikir, satu per satu anggota keluarga dikenalinya.

"Dibantu tim medis saya mencari di antara ratusan jenazah. Dengan izin Allah, saya lihat dan teliti satu demi satu. Saya sempat ditanya tim medis apa tanda khusus dari keluarga saya," cerita Koptu Indra.

Pencariannya membuahkan hasil. Anak pertamanya, Syahrul Mufit, yang ditemukannya terlebih dahulu.

Menurut Indra, dia berhasil mengidentifikasi sang anak karena adanya kontak batin.

"Saya mendengar ada yang memanggil saya. Kemudian saya menuju ke jenazah yang tepat berada di pintu. Saya mendekat dan lihat wajahnya, rambutnya dan gingsulnya, lalu handphone serta baju. Dan inilah anak saya," ucap Indra.

Setelah menemukan jasad sang anak, Indra lalu berjalan di antara jejeran jenazah lainnya dan menemukan jasad sang istri, Intan Arisanti. Jasad pendampingnya itu dia identifikasi dari aroma khas yang sudah lama dikenalinya.

"Saya sangat kenal aroma khas Intan. Manusiawi, saya menangis. Saya kuatkan diri dan mendekat. Saya kenali baju, jilbab, tahi lalat dan benda yang dia kenakan. Saya tahu itu adalah istri saya," ungkap Indra.

Dengan perasaan yang campur aduk, Indra harus bergegas mencari jasad terakhir keluarganya, yaitu Nahya Sifa (9). "Batin dan firasat saya, ada satu jenazah yang terdengar memanggil saya. Saya berzikir terus dan menemukan Nahya. Dan sudah 3 jenazah, saya panggil tim medis lalu dicatat," terang Indra.

2 jam kemudian, ketiga jenazah tersebut dibawa ke Lanud Soewondo Medan untuk diterbangkan ke Pekanbaru dan tiba pada Kamis malam di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. (Bob/Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya