Liputan6.com, Jakarta Untuk mencegah masuknya virus Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), sejumlah tenaga kesehatan di Indonesia telah dibekali pengetahuan termasuk deteksi, pencegahan, pengendalian, hingga pengiriman spesimen ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama menilai ada lima pendekatan dalam penanggulangan MERS CoV di bandara, seperti:
Advertisement
1. Pelaksanaan International Health Regulation IHR 2005, dimana prinsip dasarnya adalah pencegahan perluasan penyakit tanpa gangguan pada transportasi manusia dan barang
2. Radio practique antara pilot pesawat dengan tower di bandara bila ada penumpang yang dicurigai MERS CoV, dan kemungkinan pesawat diparkir di remote area
3. Petugas kesehatan naik ke pesawat sebelum penumpang diturunkan, untuk memastikan 3 hal:
- Keadaan klinis penumpang yang dicurigai pasien MERS CoV, dan alternatif evakuasi pasien ini
- Keadaan penumpang yang duduk sebaris dengan pasien serta dua baris di depan dan belakangnya
- Penilaian umum terhadap awak pesawat dan penumpang lainnya, untuk keputusan bagaimana penumpang / awak turun dan proses selanjutnya
4. Analisa tentang kemungkinan pemasangan thermal scanner dan pemberian Health Alert Card (Kartu Kewaspadaan Kesehatan), beserta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya
5. Dua sistem koordinasi yang penting dari petugas kantor kesehatan pelabuhan (port health office), yaitu dengan:
- Seluruh jajaran administrator bandara, imigrasi, bea cukai (dikenal dengan CIQ custom immigration quarantine), serta pihak keamanan
- Rumah Sakit rujukan dan Dinas Kesehatan lokasi tinggal penumpang, untuk kegiatan surveilans epidemiologi.