Jadi Saksi Kebakaran Bandara Soetta, Ini Kekecewaan Sekjen PDIP

Hingga kini Hasto belum mendapat kepastian kapan jadwal keberangkatan ke Surabaya.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 05 Jul 2015, 14:27 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristianto saat mendatangi Kantor Kemenkumham, Jakarta, Rabu (6/5/2015). Kedatangan Hasto untuk menyerahkan susunan Kepengurusan DPP PDIP periode 2015-2020 kepada Menkumham. (Liputan6.com/ Faizal Fanani)

Liputan6.com, Tangerang - Lounge Terminal 2E, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pagi tadi mengalami kebakaran.‎ Akibat peristiwa ini, beberapa penerbangan maskapai Garuda Indonesia pun terganggu.

Sekjend PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang telah membeli tiket penerbangan Garuda Indonesia pun perjalanannya terganggu. ‎Hasto sedianya pagi tadi terbang ke Surabaya menggunakan burung besi plat merah ini.

Namun, hingga kini Hasto belum mendapat kepastian kapan jadwal keberangkatan ke Surabaya. Padahal dia sudah mencoba bertanya ke beberapa petugas maskapai Garuda Indonesia di Bandara Soetta.

"Penanganan para penumpang sangat mengecewakan. Angkasa Pura dan Garuda Indonesia praktis tidak memberikan informasi atas apa yang terjadi dan bagaimana dengan kepastian jadwal penerbangan," kata Hasto kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (5/7/2015).

Hasto menceritakan apa yang terjadi di Bandara Soetta pasca-kebakaran terjadi. Para penumpang sangat bingung terkait nasib keberangkatan pesawat mereka.

"Tampak berbagai bentuk kesemrawutan. Terlihat 2 karyawan otoritas bandara berdiri kebingungan. Hanya ada suara keluar dari 1 toa yang dipakai untuk menyampaikan pengumuman, dan suara toa pun tenggelam dalam hiruk pikuk suara penumpang," ungkap Hasto.

Akibat kebakaran tersebut, Hasto sudah terjebak lebih dari 3 jam tanpa kejelasan dari pihak terkait. Dia menilai ada yang perlu dibenahi dari ‎manajemen Angkasa Pura maupun Garuda Indonesia, dalam hal menangani penumpang.

"Apa yang terjadi saat ini tidak hanya menjadi pelajaran yang sangat penting bagi otoritas bandara, sebab simbol bandara international Indonesia begitu mudah lumpuh dan tidak berdaya," papar Hasto.

Hasto menambahkan, mereka yang berprofesi sebagai porter menjadi sasaran banyak pertanyaan penumpang. "Jadilah para porter itu menjadi juru bicara Angkasa Pura dan Garuda Indonesia. Ada juga seorang ibu dengan 4 anaknya yang begitu khawatir atas ketidakpastian yang terjadi," tandas Hasto. (Rmn/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya