Cerita Supermodel Wanita yang Kelaminnya Pernah Dimutilasi

Luka batin dialami Waris usai menjalani mutilasi organ kelamin perempuan (FGM). Di sepanjang hidupnya, Waris menahan rasa sakit secara fisik

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 06 Jul 2015, 16:03 WIB
Luka batin dialami Waris usai menjalani mutilasi organ kelamin perempuan (FGM). Di sepanjang hidupnya, Waris menahan rasa sakit secara fisik

Liputan6.com, Afrika - "Aku hampir mati karena kehilangan banyak darah, shock, dan infeksi setelah penyiksaan cukup brutal tersebut," kata Waris Dirie, 49 tahun, mengenang peristiwa kelam yang dialaminya saat masih berusia 13. Dia harus menjalani ritual mutilasi organ kelamin perempuan (Female Genital Mutilation), karena penduduk setempat percaya cara ini ampuh mencegah para perempuan di sana untuk selingkuh.

Tak ingin hal serupa kembali terjadi, Waris yang kini menjelma sebagai supermodel dengan bayaran selangit memiliki tekad menyelamatkan nyawa gadis-gadis di Somalia dari praktik bar-bar ini.

Baca juga : Alasan Afrika Mempertahankan Sunat Kaum Perempuan

Waris Dirie harus menjalani ritual mutilasi organ kelamin perempuan (FGM), karena penduduk setempat percaya cara ini ampuh mencegah para perempuan di sana untuk selingkuh.


Melawan FGM

Waris pernah berjanji untuk melawan praktik FGM yang sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah pusat. "Meski saat itu aku masih belia, tapi aku tahu praktik itu salah. Aku putuskan untuk melawan suatu hari nanti, tidak tahu kapan, di mana, dan bagaimana," kata Waris dikutip dari situs Daily Mail, Senin (6/7/2015)

Setelah bertahun-tahun hidup sebagai model, Waris menggunakan ketenarannya untuk memulai misi memberantas FGM dan menginginkan dunia tahu tentang kekejaman ini. Sebab, 30 juta anak perempuan berusia belia di Afrika dan wilayah sekitarnya terancam mengalami FGM.

Mantan brand ambassador Chanel, Levi, Revlon, dan L'Oreal menyalahkan masyarakat seksis di Afrika yang setuju untuk mempertahankan FGM di sana. Menurut Waris, FGM merupakan bentuk kekerasan dan pelecehan pada anak.

"Masyarakat saya dibersarkan pada situasi di mana seorang anak perempuan tidak dihormati. Sebagai seorang perempuan, Anda tidak memiliki hak untuk itu. Dengan begitu, mereka (pria) dapat seenaknya pada Anda, menyalahi Anda, melecehkan dan memerkosa Anda, memukul Anda, bahkan mencincang Anda," kata Waris melanjutkan.

"Tidak ada yang akan melindungi Anda ketika Anda tumbuh menjadi seorang wanita. Mereka percaya, seorang gadis tidak akan setia jika gadis tersebut memiliki perasaan seksual yang tinggi," kata Waris. Kondisi itu membuat mereka memotong alat kelaminnya sendiri.

Baca juga : Perempuan Tak Bakal Dapat Mas Kawin Bila Tak Disunat


Luka psikologis

 

Luka psikologis

Luka batin dialami Waris usai menjalani mutilasi organ kelamin perempuan (FGM). Di sepanjang hidupnya, Waris menahan rasa sakit secara fisik, dan trauma yang begitu mendalam. Bahkan, dia harus menahan rasa sakit teramat perih ketika berhubungan seks.

"Periode bulanan seorang perempuan menjadi terganggu. Masalah buang air kecil terus dialaminya selama hidup," kata dia.

Waris menceritakan, harus menahan sakit saat bagian vaginanya diamputasi dengan silet bersimbah darah dan duri dari pohon akasia. "Aku merasa dagingku, alat kelaminku, dipotong. Aku mendengar suara pisau tumpul memotong-motong kulitku," kata Waris.

Setelah bertahun-tahun hidup sebagai model, Waris menggunakan ketenarannya untuk memulai misi memberantas FGM dan menginginkan dunia tahu tentang kekejaman ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya