Liputan6.com, Jakarta Filipina kembali melaporkan kasus ke dua Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERs CoV), setelah sebelumnya seorang perawat terinfeksi pada Januari lalu.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kasus ini bermula ketika pasien masuk ke Manila pada 19 Juni 2015 dari Dubai dengan riwayat perjalanan dari Arab Saudi.
Advertisement
Pada 4 Juli 2015 pasien mengalami keluhan pernapasan dan dikirim ke Research Institute of Tropical Medicine (RITM) Manila. Pada 5 Juli 2015, pasien tersebut dinyatakan positif MERS CoV serta kini dirawat intensif di RS.
Kementerian Kesehatan Filipina sekarang sedang melacak 225 penumpang pesawat Saudi Airlines serta sejumlah orang yang melakukan kontak dengannya.
Menurut Tjandra, ada 5 pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus ini:
1. Pasien datang dari Timur Tengah, artinya penularan MERS CoV masih terjadi kawasan Arab.
2. Pada waktu mendarat di Manila, pasien tanpa keluhan, jadi thermal scanner di bandara Manila memang belum akan dapat mendeteksi apa-apa karena pasien tidak demam.
3. Keluhan pasien baru timbul di hari ke 14, padahal kita tahu bahwa rata-rata masa inkubasi MERS CoV adalah 7 hari. Jadi kewaspadaan dua kali lama masa inkubasi memang diperlukan
4. Dengan adanya kasus baru di Filipina menunjukkan bahwa MERS CoV memang mungkin saja muncul di berbagai negara di dunia, seperti sejauh ini sudah di 26 negara.
5. Begitu ada kasus di suatu negara maka memang harus ada dua kegiatan, yaitu penanganan kasus dan penelusuran kontak.