Tim Komunikasi: Jokowi Sudah Beri Sinyal Reshuffle Kabinet

Namun kapan reshuffle dilakukan masih menunggu waktu tepat. ‎

oleh Luqman Rimadi diperbarui 07 Jul 2015, 07:16 WIB
Tim komunikasi Presiden Joko Widodo, Teten Masduki.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki, mengemukakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berulang kali memberi isyarat jelas terhadap kemungkinan adanya perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja. Namun kapan reshuffle dilakukan masih menunggu waktu tepat. ‎

"Sinyal kan Presiden sudah cukup jelas, sinyalnya Presiden perlu melakukan reshuffle, dan reshuffle ini dikaitkan dengan upaya untuk memperbaiki kinerja pemerintah," ujar Teten Masduki di Kantor Presiden, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (6/7/2015).

Terkiat siapa saja menteri yang bakal di-resuffle, menurut Teten masih menjadi rahasia Presiden Jokowi. Pada saatnya nanti, Presiden akan menentukan siapa saja menteri yang diganti dan mana yang layak dipertahankan.

"Belum dibicarakan. Tapi kan sinyal reshuffle-nya kalian kan sudah pada tahu. Presiden berkali-kali dalam berbagai kesempatan dalam ketemu ekonom juga kan sudah menyebut. Cuma kapan dan nama-namanya siapa, itu Presiden belum (sampaikan) secara khusus," ucap Teten. ‎

Dalam beberapa kesempatan, Presiden sempat memanggil beberapa tokoh untuk meminta masukan terkait rencana reshuffle kabinet. Beberapa tokoh di antaranya yaitu mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafii ‎Maarif, untuk membahas berbagai hal di antaranya mengenai reshuffle kabinet.

‎Syafii yang biasa disapa Buya itu mengaku mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk memilih menteri-menterinya dari kalangan profesional, dan tidak berasal dari partai politik.

‎"Kalau menterinya orang profesional dan punya visi jauh ke depan, beban presiden lebih ringan, saya sampaikan begitu tadi," ujar Buya. ‎

Buya menilai, reshuffle kabinet merupakan keharusan yang dilakukan Presiden Jokowi. Mengingat selama 8 bulan memimpin, pemerintahan Jokowi-JK belum banyak perubahan atau terobosan yang dibuat para menteri di Kabinet Kerja.‎

"Jejak rekam selama 8 bulan kan tidak banyak perubahan, ekonomi Indonesia mundur, dunia juga begini, produk domestik kita juga menurun harganya, karet, sawit, tambang, itu juga menyebabkan ekonomi kita rendah, memicu pengangguran luar biasa itu," jelas Buya. (Ali/Dan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya