Liputan6.com, Jakarta Para peneliti di Alpert Medical School, Universitas Brown, Rhode Island Hospital menemukan, bulir-bulir jeruk dan serat grapefruit di sekeliling bulirnya mengandung senyawa furocoumarins dalam jumlah tinggi. Senyawa furocoumarins ini membuat kulit seseorang menjadi sensitif terhadap cahaya matahari dan bisa mengakibatkan melanoma (kanker) pada individu berkulit putih.
Setelah menganalisis pola diet pada lebih dari 100 ribu laki-laki dan perempuan, penduduk Amerika Serikat, para peneliti menemukan bahwa risiko mengidap melanoma lebih tinggi 36 persen pada mereka yang rutin mengonsumsi jus atau buah-buahan dari rumpun sitrus (jeruk) 1,6 kali setiap hari dibandingkan yang hanya mengonsumsi kurang dari dua kali per minggu.
Advertisement
Mengonsumsi grapefruit dan jeruk tidak dikaitkan dengan risiko kanker lain selain kanker kulit.
"Meski penelitian kami menemukan bahwa orang yang mengonsumsi grapefruit atau jus jeruk dalam jumlah banyak meningkatkan risiko kanker kulit, kami memerlukan riset lebih lanjut sebelum membuat rekomendasi konkret (akan hal ini)," ucap kepala peneliti Shaowei Wu, rekan peneliti postdoctoral di Brown University, Rhode Island.
"Saat ini kami tidak menyarankan orang untuk berhenti mengonsumsi buah-buahan jeruk. Tapi mereka yang mengonsumsi banyak grapefruit dan jeruk sebaiknya berhati-hati dan menghindari paparan langsung sinar matahari dalam waktu lama," pesan Wu.
Hubungan antara melanoma dan konsumsi buah-buahan jeruk disebabkan oleh kadar senyawa furocoumarins yang tinggi dalam buah-buahan tersebut. Dan penelitian ini menunjukkan bahwa furocoumarin membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari, termasuk menyebabkan melanoma yang diakibatkan oleh paparan ultaviolet, dilansir Medindia, Selasa (7/7/2015).
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology ini menunjukkan grapefruit memiliki kadar pemicu risiko lebih tinggi ketimbang buah jeruk biasa.