Liputan6.com, Athena - Krisis keuangan yang menghantam Yunani secara masif ikut mempengaruhi sepakbola di Negeri para Dewa itu. Sejumlah klub terang-terangan sudah tidak bisa menghidupi para pemainnya. Negara dan klub sama-sama bangkrut.
Situasi sepakbola Yunani kontras bila dibandingkan 10 tahun silam. Yunani sanggup menyengat seantero Eropa menyusul keberhasilan merebut gelar juara Piala Eropa 2004.
Advertisement
Hasil tersebut membuat tim berjuluk Ethniki itu menjelma menjadi kekuatan baru di Benua Biru. Bahkan, pada 2006, federasi menata ulang kompetisi agar semakin profesional dengan menggagas Yunani Super League.
Kontras dengan sekarang, di mana sepakbola tampaknya sudah tidak lagi bergairah di Negeri asal Dewa Zeus tersebut. Dari hasil penelitian yang rowzfootball, penonton liga Yunani terus menurun drastis dalam dua tahun belakangan ini. Dari 7.600 penonton per-pertandingan musim 2008-09, kini hanya sekitar 3.100 orang saja yang rela datang ke stadion. Data itu diperoleh akhir musim lalu.
Salah satu tim kuat AEK Athens nyaris bangkrut dengan meninggalkan tunggakan pajak senilai 170 juta euro. Bila di kurs ke rupiah, jumlahnya mencapai Rp 2,1 triliun di musim 2012-13. Terpaksa, mereka menjual separuh pemain di tim pertama. Degradasi sudah pasti tidak bisa dihindari oleh tim ibukota itu. Dan untuk pertama kali, raksasa Yunani itu terlempar dari kasta tertinggi sepanjang sejarah.
Kini setelah badai itu reda, AEK Athens kembali ke jajaran tim papan atas Yunani. Tapi bayang-bayang kebangkrutan lebih besar bisa terjadi mengingat negara tidak bisa membayar utang dari IMF. Terlebih, mayoritas warga Yunani menolak pemerintah menerima pinjaman asing dari pihak asing.
Perlahan tapi pasti, sepakbola Yunani kini menuju ke titik nadir. Salah satu contoh nyata klub Niki Volou. Mereka harus terdegradasi karena tidak bisa menggaji pemain. Nasib serupa juga dialami klub OFI Crete, yang harus kehilangan 21 pemain karena tidak bisa membayar gajinya.
Berkaca dari kasus itu, bukan tidak mungkin, nasib AEK Athens bisa kembali colaps. Terlebih, setelah warga Yunani menolak dana pinjaman pihak asing.
Memang, terlepas dari badai ekonomi yang melanda, Yunani masih punya cukup tenaga tampil impresif di Piala Dunia 2014 lalu dengan menyentuh fase 16 besar. Tapi tampaknya, performa impresif perlahan tapi pasti bakal tergerus. Itu terlihat dari pencapaian Yunani di ajang Kualifikasi Piala Eropa 2015 di mana mereka harus menempati urutan terbuncit di klasemen grup F.
(Rjp/Ali)