Taliban Kembali Serang Rombongan Pasukan Nato di Afghanistan

Bomb bubnuh diri ini menewaskan satu orang dari rombongan Nato dan satu warga sipil.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Jul 2015, 03:02 WIB
Bom bunuh diri (ilustrasi).

Liputan6.com, Afghanistan - Dahsyatnya ledakan bom bunuh diri kelompok militan Taliban, dengan menggunakan bom mobil kembali menyerang rombongan pasukan Nato di ibukota Afghanistan pada Selasa 7 Juli waktu setempat.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Selasa (7/7/2015), seorang dari rombongan Nato tewas, satu warga sipil juga tewas. Ledakan menyebabkan kaca-kaca gedung di sekitar hancur berantakan.

Di Kenya, sedikitnya 14 orang tewas dalam sebuah serangan pada Selasa subuh, di Desa Soko Mbuzi, Mandera County, dekat perbatasan Kenya dengan Somalia.

Para penyerang yang diduga berasal dari kelompok ekstrimis Al Shabab asal Somalia, menyasarkan serangan ke dua lokasi di mana sejumlah pekerja tambang tinggal.

Serangan tersebut menambah jumlah korban serangan di Mandera County oleh kelompok Al Shabab, yang bersekutu dengan Alqaeda, menjadi 85 orang. Hampir semua korban tewas dalam serangan mereka adalah warga non Muslim.

Di Inggris, karangan bunga diletakkan di tugu peringatan para korban bom London oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron bersama Walikota London Boris Johnson.

Warga inggris lainnya juga mengheningkan cipta di tengah aktivitas mereka. Ada pula seorang korban selamat yang kehilangan kedua kakinya, yang bertemu dengan polisi yang menyelamatkannya 10 tahun silam.

Selasa 7 Juli merupakan peringatan 10 tahun peristiwa rangkaian ledakan di sarana transportasi masal Kota London pada tahun 2005.

Saat itu 4 orang warga Inggris yang terinspirasi oleh Al Qaida, meledakkan diri mereka di 3 kereta bawah tanah London atau tube dan sebuah bus kota pada jam padat pagi hari. Aksi mereka menewaskan 52 orang.

Sementara di Hong Kong, sejumlah orang berunjuk rasa di depan konsulat Jepang, Selasa waktu setempat, untuk memperingati 78 tahun insiden jembatan Marco Polo. Saat Perang Dunia II.

Para pengunjuk rasa yang merupakan pengamat sejarah membakar dan menginjak bendera militer Jepang, serta menyiramkan air ke foto Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Mereka menuntut Jepang meminta maaf atas agresi Jepang di masa lalu.

Hubungan Tiongkok dan Jepang kerap menegang karena Jepang dianggap kurang menebus dosa masa lalu. Selain itu juga karena saling klaim atas kepulauan di Laut Cina Timur, yang disebut Diaoyu oleh Tiongkok dan Senkaku oleh Jepang. (Dan/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya