Liputan6.com, Korea Selatan Sebuah gagasan untuk menggabungkan teknologi pesawat apung (hovercraft) dengan pesawat terbang sudah ada sejak masa Perang Dingin di abad 20. Pada saat itu, sejumlah peneliti Uni Soviet menambahkan sayap pada hovercraft berukuran besar.
Di masa kini, perusahaaan Wingship Technology dari Korea Selatan menciptakan kapal bersayap (wingship) WSH-500 yang dirancang untuk mengangkut 50 orang penumpang. Selain sebagai feri berkecepatan tinggi untuk mengangkut penumpang, kendaraan ini dapat juga disetel untuk mengangkut barang, sebagai kendaraan penyelamat darurat dan kendaraan militer.
Advertisement
Keluaran pertama WSH-500 menggunakan bahan alumunium. Model berikutnya, WSH-501, menggunakan komposit. Setelah beberapa kali uji coba, kendaraan buatan Korea Selatan ini mendapatkan rekanan distribusi di Amerika Serikat. Produksi di Amerika Serikat dimulai pada 2013. Perusahaan Pacific Seaflight yang mengoperasikan wingship Korea Selatan itu dikenal sebagai organisasi yang cermat dalam mengamati pasar dan kepatuhan terhadap kebijakan di Amerika Utara.
Sistem wing-in-ground (WIG) yang ditawarkan menggunakan perangkat Korea Selatan ini menawarkan jasa pengangkutan laut yang hampir sama cepatnya dengan pesawat terbang biasa, namun dapat menghemat biaya sekitar 30%.
Khusus untuk negara bagian Alaska, perjalanan penumpang di Kawasan Dalam Alaska terbatas pada angkutan udara lokal dan sistem jalan raya marinir Alaska (Alaska Marine Highway System, AHMS). Pengangkutan udara memerlukan biaya yang tinggi dan amat tergantung pada keadaan cuaca, sedangkan AHMS menyediakan pengangkutan yang lambat dengan jadwal yang tidak pasti.